KLIK gambar untuk menutup Iklan

Tuesday, March 22, 2016

Permintaan Pariwisata

 Sifat Permintaan Pariwisata
Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods) ataupun yang berupa jasa–jasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi. Dimaksud dengan “product” dalam ilmu ekonomi, adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (product) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utamadan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.   Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
2.   Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika dianggap menguntungkan.
3.   Sosial Budaya
Adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola piker budaya wisatawan.
4.   Sosial dan Politik
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalamsituasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospolakan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5.   Intensitas Keluarga
Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata halini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satukeluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6.   Harga Barang Substitusi
Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuanwisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7.   Harga Barang Komplementer
Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisatalainnya.
Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain,  jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Sedangkan Gamal Suwanto (2004:48) berpendapat bahwa permintaan (demand) terhadap hasil atau produk pariwisata tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomis. Terjadinya  kekacauan, peperangan atau bencana alam akan mengakibatkan permintaaan berkurang. Sebaliknya bilamana                  musim berlibur dengan kondisi normal, permintaan akan meningkat, sehingga kadang terjadi kekurangan dalam supply.
2.2  Perilaku Konsumen dalam Pariwisata
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memilikiin formasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.
Berikut ini adalah wujud dari konsumen:
1.     Personal Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2.     Organizational Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang harus dicermati olehseorang pengusaha, antar lain:
1.   Faktor lingkungan yang melingkupi konsumen, baik lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial. Lingkungan adalah salah satu elemen yang mempunyai pengaruh besar bagi perilaku konsumen.Hal ini karena terkait dengan kebiasaan bangsa Indonesia yang dalam kehidupannya seringkali mengikuti tren kelompok. Ketika ramai tren pakaian yang ketat, maka semua orang akan berubah yang sama dengan mayoritas.
2.   Perlunya pengusaha memperhatikan sumberdaya konsumen, seperti waktu luang yang dimiliki,perhatian terhadap produk yang beredar serta kekuatan daya beli masyarakat sasaran pasar. Faktor yang juga patut dijadikan pertimbangan adalah sikap dan gaya hidup dari konsumen yang ingin ditujupengusaha dalam memproduksi barang dan jasa.
3.   Situasi psychologis yang melingkupi saat peluncuran produk dan jasa kepada costumer. Disinilah pentingnya pengusaha untuk mampu mengelola informasi yang komprehensif tentang perilaku konsumen beserta perubahan yang terjadi. Ini penting, jika costumer karena kondisi psychologisnya, seringkaliberubah sikap dan perilakunya dalam mengkonsumsi suatu produk dan jasa yang ditawarkan.
4.   Faktor lainnya yang juga harus mendapat perhatian pengusaha adalah pandangan agama atasprodukdan jasa yang diluncurkan. Di Indonesia yang terkenal agamis, penting memperhatikan ini,karena kalau dalam pandangan agama terdapat kandungan yang dilarang dalam produk sudah pasti akanterjadi penolakan besar-besaran di masyarakat.
Gaya hidup adalah gambaran hidup seseorang yang tercermin pada ekspresi di setiap aktivitas, hasratserta keingingan, dan pendapat-pendapat yang tercetus daripadanya. Gaya hidup atau lifestyle juga berdampak pada setiap aspek kehidupan manusia, nilai nilai hubungan sosial, kondisi ekonomi, bahkan juga berdampak pada faktor-faktor lingkungan.
Pada konteks pariwisata, gaya hidup juga berhubungan dengan aktivitas, hobi, pendapat, yangmemainkan peranan penting pada perilaku konsumen. Perilaku konsumen pariwisata dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipologi sebagai dasar dari aspek sosilogi pengambilan keputusan oleh pelaku pariwisatauntuk memilah konsumennya agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen.
Informasi tentang kebutuhan riil wisatawan sangat berhubungan dengan perilaku konsumen, danmerupakan informasi penting bagi pengelola pariwisata dalam melakukan pengembangan pariwisata agar sesuai dengan segmentasi wisatawan. Perilaku konsumen melekat pada tipologi konsumenpariwisata, dan juga adalah gambaran dari gaya hidup wisatawan yang berdampak pada aktivitas wisatawan pada daerah tujuan wisata yang dikunjunginya.
2.3  Tipe variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan pariwisata
1.   Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikandalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
a.   Attraction (daya tarik)
Daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat danbudayanya.
b.   Accesable (transportasi)
Accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.
c.   Amenities(fasilitas)
Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agarwisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.
d.   Ancillary(kelembagaan)
Adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.
Menurut Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa yang harusdisediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:
a.   Transportation
b.   Travel services
c.   Accommodation
d.   Food service
e.   Activities and attractions (recreation culture/entertainment)
f.    Retail goods.
Inti dari kedua pernyataan di atas adalah aspek penawaran harus dapat menjelaskan:
a.   Apa yang akan ditawarkan.
b.   Apa saja atraksi yang ditawarkan.
c.   Apa saja jenis transportasi yang dapat digunakan.
d.   Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata.
e.   Siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket wisata yang akan dibeli.
2.   Aspek Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yangmempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbalbalik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurangbegitu pula sebaliknya.
b.   Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerahtujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawanmembuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
c.   Sosial Budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apayang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akantinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanahkekayaan pola pikir budaya wisatawan.
d.   Sospol (Sosial Politik)
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah TujuanWisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengankenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinyapermintaan.
e.   Intensitas Keluarga
Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur darisalah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itusendiri.
f.    Harga barang substitusi
Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagaitujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
g.   Harga barang komplementer
Harga barang komplementer merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.
Menurut Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukanpermintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain:
*  Jumlah penduduk (population size)
*  Kemampuan finansial masyarakat (financial means)
*  Waktu senggang yang dimiliki (leisure time)
*  Sistem transportasi
*  Sistem pemasaran pariwisata yang ada
Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari:
v  Jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan.
v  Pendapatan perkapita dari suatu negara asal wisata.
v  Lamanya waktu senggang yang dimiliki.Berhubungan dengan musim di suatu negara.
v  Kemajuan teknologi informasi dan transportasi.
v  Sistem pemasaran yang berkembang.
v  Keamanan dunia.
v  Sosial dan politik serta aspek lain.Berhubungan dengan aspek fisik dan non fisik wisatawan
2.4  Batasan-batasan dalam permintaan pariwisata
Hermann V. Schuralard (1910), yang dimaksud kepariwisataan disini adalah sejumlah kegiatan,terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau Negara.
E. Guyer Freuler, merumuskan pengertian pariwisata dengan memberi batasan sebagai berikut: "Pariwisata dalam pengertian modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari pada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan".
Prof. K. Kraft (1942) mengemukakan batasan yang lebih bersifat teknis sebagai berikut: Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperolehpenghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.
Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak pada prinsipnya kepariwisataan mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut berhubungan dengan rekreasi danpertamasyaan. Ada beberapa faktor yang penting dalam pemberian batasan suatu definisi pariwisata,yaitu:
ü  Perjalanan dilakukan sementara waktu
ü  Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya
ü  Perjalanan itu walaupun apa bentuknya, harus dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi

ü  Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya dansemata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.

No comments:

Post a Comment