KLIK gambar untuk menutup Iklan

Thursday, March 5, 2015

BERBAGAI JENIS POLA BERFIKIR KEWIRAUSAHAAN (ENAM TOPI PIKIRAN)

BERBAGAI JENIS POLA BERFIKIR KEWIRAUSAHAAN (ENAM TOPI PIKIRAN)

Menurut De Bono (2005: 128) topi dipakai untuk menggambarkan keenam aspek berpikir, karena topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepaskan dengan mudah, sebagaimana sebuah pendapat yang dapat dipakai atau dilupakan begitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial. Dalam metode Thinking Hats merupakan penerapan dari Lateral Thinking STH, seseorang tidak hanya dilatih untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalah dalam sekuen waktu tertentu, tetapi juga dipersiapkan untuk dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain.
1. Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka untuk menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kedalam  
2. Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk menggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan prasangka untuk memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta dalam belajar,  Setelah 


secara paralel tujuan meningkatkan keterlibatan peserta mendiskusikan aspek informatif dari suatu permasalahan, kemudian setiap peserta diskusi secara bersama-sama mengemukakan aspek intuitif dan emosional dari pendapatnya.
3. Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta merta menerima pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap menolak terlebih dahulu, bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam menyikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau waspada terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi hitam merupakan metafora untuk atau terlalu sering digunakan. menggambarkan aspek kritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan. 
4. Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam mengelola proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif. Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual) dan  membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu analisa kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat.
5. Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana belajar (misal membuat trik-trik tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Topi hijau juga telah menjadi simbol untuk orang yang mampu mendengarkan dengan baik, mengumpulkan informasi, penilaian baik dan buruk, aspek emosional dan kritis, maka kemudian setiap peserta diskusi berusaha secara bersama-sama menemukan alternatif, gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa yang dapat dilakukan, apa alternatif yang ada, dan pembahasan sejenis dibahas dalam sesi ini. 
6. Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada relnya. Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-pokok pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik. Topi biru diasosiasikan sebagai pengambilan benang merah pembelajaran. 

Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam konsep topi berpikir tersebut
· Menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir menyelesaikan suatu hal pada suatu saat. Meskipun harus menyimpan emosi, logika, informasi, harapan dan kreativitas semua pada saat yang sama, namun pemikir tersebut mampu memisahkan hal-hal tersebut tadi. 
Mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada suatu pertemuan telah bersikap negatif, orang itu dapat diminta menggunakan ‘topi berpikir hitam’. Hal ini memberikan tanda kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif.

TERKAIT :




No comments:

Post a Comment