KLIK gambar untuk menutup Iklan

Monday, March 28, 2016

Konsep Variable Costing

Konsep Variable Costing
Variable Costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah direct costing.
Harga Pokok Produksi :
Biaya bahan baku                                              Rp.  xxx.xxx
tenaga kerja langsung                                     Rp.  xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel                         Rp.  xxx.xxx
Harga Pokok Produk                                          Rp.  xxx.xxx
Dengan menggunakan Metode Variable Costing,
a.     Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
b.     Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
c.     Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Perbedaan antara  konsep Variable Costing dengan Full Costing tersebut pada tujuan utamanya, yaitu konsep variabel costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep full costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal. Adanya kedua perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya mempengaruhi:
1.      Penentuan besarnya harga pokok produk dan besarnya harga pokok persediaan.
2.      Penggolongan dan penyajian di dalam laporan laba-rugi.
Pembahasan tentang perbedaan metode variable costing dengan metode full costing dapat ditinjau dari segi;

1.      Penentuan harga pokok produk
Pada metode full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen harga pokok produk meliputi:
1.              BBB (raw material cost)
2.              BTKL (direct labor cost)
3.              BOP  variabel (variable FOH)
4.              BOP  tetap (fixed FOH)
Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau membebankan biaya produksi variabel  ke dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:
1.              BBB (raw material cost)
2.              BTKL (direct labor cost)
3.              BOP  variabel  (variable FOH)

Elemen biaya
Full costing
Variable costing
BBB(raw material cost)
BTKL(direct labor cost)
BOP variabel (variable FOH)
BOP tetap (fixed FOH)
Jumlah Harga Pokok Produk
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp. xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
_
Rp.xxx

2.      Penentuan harga pokok persediaan
Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga pokok produk, akan tetapi BOP tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap (fixed FOH) tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3.  Penyajian Laporan Laba-Rugi
Perbedaan di dalam  penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing dapat ditinjau dari segi:
a.       Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi
Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.              Biaya produksi, meliputi BBB (raw material cost), BTKL(direct labor cost) dan BOP tetap (fixed FOH) maupun BOP variabel (variable FOH).
2.              Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.
Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:
1.              Biaya variabel (variable costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:
-          Biaya variabel produksi, yaitu BBB, BTKL dan BOP variabel.
-          Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel (variable of marketing expense), biaya adminstrasi dan umum variabel (variable of general & administative expense), biaya finansial variabel (variable of financial expense).
2.              Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula dengan biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas(capacity cost).

2. Asumsi-asumsi dalam Cost Volume Profit (CVP) analysis

Cost Volume Profit Analysis Dalam pengambilan keputusan jangka pendek, dibutuhkan informasi mengenai perubahan biaya, volume dan pendapatan. Alat analisis yang penting yang dapat digunakan untuk mengolah informasi tersebut ialah Cost Volume Profit Analysis. Cost Volume Profit Analysis juga memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Dengan demikian, titik berat dalam analisis CVP ini ialah sampai sejauh manakah perubahan biaya, volume dan harga jual dapat mempengaruhi laba perusahaan. Asumsi-Asumsi Cost Volume Profit Analysis Cost Volume Profit Analysis didasarkan pada sejumlah asumsi, yaitu:
1. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya hanya disebabkan oleh perubahan jumlah unit
      produk (atau jasa) yang diproduksi atau dijual.
2. Biaya total dapat dipisahkan ke dalam komponen tetap yang tidak berubah mengikuti
    Perubahan  tingkat output dan komponen variabel yang berubah mengikuti tingkat  
     output.
3. Perilaku pendapatan total dan biaya total bersifat linear (dalam bentuk grafik).
4. Harga jual, biaya variabel per unit, serta biaya tetap total (dalam rentang yang relevan) telah diketahui dan konstan.
5. Analisis ini mencakup satu produk atau mengasumsikan bahwa proporsi produk yang
Berbeda ketika perusahaan menjual beragam produk adalah tetap konstan ketika tingkat      unit yang terjual total berubah.
6. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan, dan dibandingkan   
    tanpa memperhitungkan nilai dan waktu uang.
Analisis Break Even Point (Analisis BEP) Break Even Point atau titik impas ialah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol (Hansen dan Mowen, 2005). Dalam keadaan impas, suatu perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, atau disebut juga zero-profit. Analisis Sensitivitas dan Ketidakpastian Analisis sensitivitas ialah adalah teknik “bagaimana-jika” yang digunakan manajer untuk menguji bagaimana akibatnya jika prediksi data awal tidak tercapai atau jika asumsi yang mendasarinya berubah. Aspek lain dari analisis sensitivitas adalah marjin pengaman (margin of safety), yaitu jumlah pendapatan yang dianggarkan (atau aktual) yang melebihi pendapatan impas. Margin of safety dapat dihitung dengan rumus:
Margin of Safety = Total Penjualan – Titik Impas Penjualan x 100% Total Penjualan Margin of Safety Margin of Safety Ratio Margin of safety dan margin of safety ratio yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang cukup aman dan risiko kerugian pun kecil. Semakin rendah margin of safety dan margin of safety ratio maka risiko kerugian pun akan semakin meningkat. Operating Leverage Operating leverage merupakan suatu kondisi dimana seorang manajer dapat memperoleh laba setinggi mungkin hanya dengan menaikkan sedikit penjualan dan atau menambah sedikit sumber daya perusahaan (aktiva). Total Operating Leverage (TOL) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besarnya perubahan laba akibat perubahan penjualan pada periode tertentu. TOL dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: Laba Bersih Contribution Margin

3. Break Even Point (BEP)

Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah
1.   alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsilagi 
yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Bagaimana cara menghitungnya?

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.

Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi.Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi

1 comment: