Segmenting
Reporting, Investment Centre Evaluation and Transfer Pricing
1.
Desentralisasi Pusat
Pertanggungjawaban
(Responsibillity Accounting)
Sistem
akuntansi pertanggungjawaban (responsibillity accounting system) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil setiap pusat
pertanggungjawaban: menurut inforrnasi yang dibuat manajer untuk mengoperasikan
pusat pertanggungjawaban mereka. Idea sistem akuntansi pertanggungjawaban
mencerminkan dan mendukung struk dari sebuah organisasi.
Perusahaan
yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban
biasanya memilih salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola
kegiatan yang rumit dan beragam tersentralisasi atau terdesentralisasi.
Pada pengambilan putusan tersentralisasi (centralized decision making), berbagai
keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajer pada jenjang yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian
keputusan-keputusan tersebut. Di lain pihak, pengambilan keputusan
tersentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan manajer
pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan
keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban
mereka. Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada jenjang yang lebih rendah.
2.
Pusat
pertanggungjawaban (Responsibility
Center)
Pusat pertanggungjawaban (responsibility
center) merupakan suatu segmen bisnis
yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan
tertentu. Hasil-hasil dari setiap pusat pertanggungjawaban bisa diukur
berdasarkan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka. Berikut jenis utama pusat pertanggungjawaban.
1)
Pusat
biaya (cost center)—manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
2)
Pusat
pendapatan (revenue center)—manajernya bertanggung jawab hanya terhadap
penjualan.
3)
Pusat
laba (profit center)—manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan dan
biaya.
4)
Pusat
investasi (investment center)—manajernya bertanggung jawab terhadap
penjualan, biaya, dan investasi modal.
3. Alasan Entitas Melakukan
Desentralisasi
Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi
Lokal. Kualitas dari berbagai/ keputusan dipengaruhi oleh
kualitas informasi yang tersedia. Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan
penambahan operasi di pasar dan area yang berbeda, manajemen pusat mungkin
tidak memahami kondisi lokal. Akan tetapi, para manajer tingkat rendah yang
berhubungan dengan kondisi operasional langsung (seperti kekuatan dan sifat
persaingan lokal, sifat tenaga kerja lokal, dan seterusnya) memiliki akses
terhadap informasi ini. Akibatnya, mereka sering berada
dalam suatu po'sisi yang lebih baik untuk membuat keputusan lokal.
Memfokuskan Manajemen Pusat. Dengan
mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat bebas
menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan
jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat
daripada operasional sehari-hari.
Melatih dan Memotivasi Para Manajer. Organisasi
selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan posisi manajer
jenjang lebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang yang
lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah manajer yang
bisa dipromosikan.
Meningkatkan Daya Saing. Pada
perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan mampu
menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya.
Perusahaan-perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu
mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk
meningkat kinerja sebuah divisi atau pabrik adalah memperkenalkannya lebih jauh
pada kekuatan-kekuatan pasar.
4.
Perbedaan
Antara Perhitungan Biaya Absorsi dan Variabel dan Menyiapkan Laporan Laba Rugi
Segmen
Pengukuran Kinerja Pusat Inverstasi dengan Menggunakan
Laporan Laba
Rugi Variabel dan Absorsi
Perhitungan biaya variabel menekankan
perbedaan antara biaya manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya
variabel (variable costing) yang juga disebut perhitungan biaya langsung
(direct costing), hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk;
biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung tenaga kerja langsung, dan overhead
variabel. Overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan
tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Dasar pemikiran dalam hal ini
adalah overhead tetap merupakan biaya kapasitas atau tetap ada dalam
bisnis. Setelah periodenya berlalu, setiap manfaat yang diberikan oleh
kapasitas akan habis dan tidak boleh diinventarisasi. Menurut perhitungan biaya
variabel, overhead tetap dari suatu periode dipandang habis pada akhir
periode itu dan dibebankan secara total terhadap pendapatan periode tersebut.
Perhitungan biaya variabel juga dikenal sebagai perhitungan biaya langsung.
Akan tetapi, tidak semua biaya variabel merupakan biaya produk langsung.
Perhitungan biaya absorsi (absortion
costing) membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap
adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorsi,
overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode.
Menurut metode ini, overhead tetap dibebankan pada produk melalui
penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan terlebih dulu dan tidak
dibebankan sampai produk terjual. Dengan kata lain, overhead tetap
adalah biaya yang dapat diinventarisasi. Tampilan berikut mengilustrasikan
klasifikasi biaya-biaya sebagai biaya produk atau periode menurut perhitungan
biaya variabel dan absorsi.
|
Perhitungan Biaya
Absorsi
|
Perhitungan
Biaya
Variabel
|
Biaya Produk
|
Bahan baku langsung Tenaga kerja
langsung Overhead variabel Overhead tetap
|
Bahan baku langsung
Tenaga kerja
langsung Overhead variabel
|
Biaya Periode
|
Beban penjualan
Beban administrasi
|
Overhead tetap
Beban penjualan
Beban administrasi
|
Tampilan:
Klasifikasi Biaya
Sebagai Biaya Produk atau Periode Menurut Perhitungan Biaya Variabel Dan
Absorsi
Laporan
Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorsi
Karena biaya produk per unit merupakan
dasar bagi penghitungan harga pokok penjualan, metode perhitungan biaya
variabel dan absorsi dapat mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda.
Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang diakui
sebagaf beban pada kedua metode.
Perubahan dalam overhead tetap dalam
persediaan adalah tepat sama dengan selisih di antara kedua laba. Perubahan ini
dapat dihitung melalui perkalian tarif overhead tetap dengan perubahan
total unit persediaan awal dan akhir (yang merupakan selisih antara produksi
dan penjualan). Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya absorsi
dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Laba
menurut
perhitungan
biaya
absorsi
|
-
|
Laba
menurut perhitungan biaya variabel
|
=
|
Tarif
overhead tetap
|
x
|
(Unit
diproduksi - Unit terjual)
|
Laporan
Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel
Perhitungan biaya variabel berguna dalam
menyiapkan laporan laba rugi segmen karena perhitungan ini menyediakan
informasi penting mengenai beban variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah sub
unit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan laporan kinerja.
Segmen bisa berupa divisi, departemen, lini produk, kelompok pelanggan, dan
lain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi
menjadi dua kategori: beban tetap langsung (direct fixed expenses) dan beban
tetap umum (common fixed expenses). Beban
tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen (lini produk pada contoh ini). Beban
ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable
fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed
expenses) karena beban
ini akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Sebagai contoh, jika segraen
adalah wilayah penjualan, beban tetap langsung untuk setiap wilayah adalah sewa
kantor penjualan, gaji manajer penjualan di setiap wilayah, dan seterusnya.
Jika salah satu wilayah dihapus, maka beban tetap tersebut akan hilang.
Beban tetap umum (common fixed
expenses) disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara bersamaan.
Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika salah satu segmen dihapus. Sebagai
contoh, depresiasi gedung kantor pusat, gaji CEO, dan biaya untuk mencetak dan
mendistribusikan laporan tahunan kepada para pemegang saham adalah beban tetap
umum bagi Walt Disney Company. Jika Walt Disney Company akan menjual sebuah
taman tematis atau membuka yang baru, maka beban tetap tersebut tidak akan
terpengaruh.
Laporan laba rugi segmen dengan
menggunakan perhitungan biaya variabel memiliki satu keistimewaan di samping
laporan laba rugi perhitungan biaya variabel yang telah disajikan sebelumnya.
Pembagian seluriih beban tetap dalam dua kategori: beban tetap langsung dan
beban tetap umum, memberikan informasi tambahan bagi manajer. Pembagian
tambahan ini menggarisbawahi biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang
tidak dapat dikendalikan dan meningkatkan kemampuan manajer untuk mengevaluasi
setiap kontribusi segmen terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
5. Return On Investement (ROI), Residual Income (RI), Economic
Value Added (EVA)
Return On Investement (ROI)
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan
aktiva yang digunakan adalah dengan menghitung pengembalian atas investasi (return
on investement—ROI), yaitu laba yang diperoleh
untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi
suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut.
ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi
Rata-Rata
Laba operasi (operating income) mengacu
pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah
seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas,
piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran aktiva operasi
rata-rata dihitung sebagai berikut.
Aktiva
Operasi Rata-Rata = (Nilai Buku Bersih Awal + Nilai Buku Bersih Akhir)/ 2
Cara kedua untuk menghitung ROI adalah
memisahkan rumusnya (Laba operasi/ Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan
perputaran.
ROI =
Margin x Perputaran Laba operasi
Margin adalah rasio dari laba operasi
terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan
dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang
tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah
suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan
aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang
dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini
menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari
penggunaan ROI.
1)
ROT mendorong manajer untuk fokus pada
hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan
dari seorang manajer pusat investasi.
2)
ROI mendorong manajer untuk fokus pada
efisiensi biaya.
3)
ROI mendorong manajer untuk fokus pada
efisiensi aktiva operasi.
Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan
pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan.
1)
ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada
profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan
perusahaan.
2)
ROI mendorong para manajer untuk fokus
pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
Residual Income (RI)
Untuk mengatasi kecenderungan ROI untuk
menghalangi investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, tetapi menurunkan ROI
divisi, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti
laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value added—EVA) adalah cara alternatif untuk menghitung laba residu
yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.
Laba
Residu
|
=
|
Laba operasi
|
-
|
(Tingkat pengembalian minimum
x Aktiva operasi rata-rata)
|
Keunggulan Laba Residu karena akan
menurunkan ROI divisi. Namun, keputusan tersebut membebani laba perusahaan.
Penggunaan laba residu sebagai ukuran kinerja akan mencegah kerugian ini.
Kelemahan Laba
Residu,
seperti halnya ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya
dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari
profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat
investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.
Economic Value Added (EVA)
Nilai tambah ekonomi (economic value
added—EVA) adalah laba bersih
(laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Pada
dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal
aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum
yang diinginkan perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA positif, maka
perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan sedang
menyia-nyiakan modal.
Sebagai suatu bentuk dari laba residu,
EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu tingkat persentase
pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat pengembalian seperti
ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian) dengan modal yang
dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya aktual
dari modal.
Menghitung EVA
adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang
dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal
dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sebagai
berikut.
EVA
|
=
|
Laba
operasi setelah pajak
|
-
|
Persentase
biaya modal aktual
|
x
|
Total modal
yang dipakai
|
Sejumlah perusahaan telah menemukan
bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi
dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi. Alasan yang mendasarinya
adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya. Di banyak perusahaan,
tanggung jawab keputusan investasi terletak pada manajemen perusahaan.
Akibatnya, biaya modal diperhitungkah sebagai pengeluaran perusahaan.
6. Metode Evaluasi Kinerja Manajer
Evaluasi terhadap para manajer sering
dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali mereka.
Bagaimana laba berubah dari satu periode ke periode berikutnya dan bagaimana
laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering digunakan sebagai
petunjuk terhadap kemampuan manajerial.
Secara
umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja manajerial, maka
manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini.
1)
Ketika pendapatan penjualan meningkat
dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap,
maka laba akan meningkat.
2)
Ketika pendapatan penj ualan menurun
dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap,
maka laba akan menurun.
3)
Ketika
pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lannya tetap, maka laba akan tetap tidak berubah.
7.
Peranan
Transfer Pricing
Ketika divisi-divisi diperlakukan
sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba
operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA. Jadi, nilai
barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya
bagi divisi yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer
price).
Dengan
kata lain, harga transfer
adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada
divisi pembeli di perusahana yang sama. Penetapan harga transfer adalah masalah
yang rumit.
8. Metode Penentuan Harga Transfer
Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan
harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan divisi pembeli harus
dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai
tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima
divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar diyisi pembeli.
Harga-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer
internal. Berikut harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi.
1)
Harga transfer minimum adalah harga
transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk
jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar. Hal
ini terkadang disebut “batas bawah (floor)” dari rentang penawaran.
2)
Harga transfer maksimum adalah harga
transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk—jika suatu input dibeli dari
divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. Hal ini
terkadang disebut “batas atas (ceiling)” dari rentang penawaran.
Beberapa kebijakan penetapan harga
transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan penetapan harga transfer ini
mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang
dinegosiasikan.
·
Harga
Pasar. Harga
pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga transfer. Karena divisi
penjual mampu menjual produknya pada harga pasar, transfer internal pada harga
yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi tersebut merugi.
Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar mungkin juga
tidak akan bersedia membayar lebih tinggi dari harga pasar untuk barang yang ditransfer
secara internal.
·
Harga
Transfer Berdasarkan Biaya. Harga pasar luar kerap
tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang akan ditransfer
menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini,
perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan
biaya. Sebagai contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan kepadatan
tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar tidak
memproduksi matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah
menetapkan kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka Divisi
Matras akan membebankan biaya penuh dari matras tersebut. (Ingat kembali bahwa
biaya penuh mencakup biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.)
Anggaplah biaya penuh dari matras adalah sebagai berikut.
·
Harga
Transfer yang Dinegosiasikan. Akhirnya, manajemen
tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual untuk
menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat
kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan
untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang
dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.
No comments:
Post a Comment