KLIK gambar untuk menutup Iklan

Monday, March 17, 2014

ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN


Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan perilaku manusia, yaitu sebagai berikut.


a.      Management by Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, dimana manajer harus berkonsentrasi pada penyimapangan anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan perhatian manajemen pada penyimpangan dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
b.      Management by Objective (MBO)
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Untuk mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik harus ada, antara lain sebagai berikut. 
-        Dalam menentukan tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban, top manajemen menyediakan semua petunjuk yang spesifik atas semua tujuan perusahaan secara keseluruhan.
-        Dalam memformulasikan secara detail tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen dan manajer akuntansi pertanggungjawaban harus secara maksimal menyelaraskan antara kebutuhan pribadi dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. 
-        Motivasi timbul jika orang-orang percaya bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara simultan akan memenuhi kebutuhan pribadinya.
-        Jika tujuan perusahaan sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka akan menginternalisasikan tujuan perusahaan dan keselarasan tujuan akan tercapai. 
Manajer dan bawahan harus berkerjasama, misalnya bawahan diajak bekerja sama dalam memformulasikan biaya dan target pendapatan yang akan dipresentasikan pada level yang lebih tinggi dalam pusat pertanggungjawaban.
Hasil kinerja dievaluasi sebagai alat untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi, siapa yang berhak menjelaskan mengapa penyimpangan tersebut terjadi, dan menentukan tindakan perbaikan. Hasil kinerja secara periodik tidak hanya untuk mendapatkan penghargaan ataupun hukuman, namun dapat dijadikan sebagai motivasi dalam memperbaiki kualitas tindakan perbaikan.
c.       Keselarasan antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisasi ditingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi formal.
Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk memengaruhi bawahan mereka. 
Pusat pertanggungjawaban adalah dasar bagi seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban, dengan demikian kerangka akuntansi pertanggungjawaban harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.
d.      Penerimaan Atas Tanggung Jawab yang Diberikan
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya. 
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya.
Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
e.       Kemampuan dalam Memengaruhi Kerjasama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas, kemampuan dalam membuat keputusan sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada para manajer. Sehingga para manajer akan merasa menjadi bagian penting dalam organisasi dan  merasa dihargai yang menyebabkan secara bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama para manajer akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan para manajer bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan memengaruhi masa depan.

Tekanan yang berlebihan dalam pencapaian tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, akan terjadi kompetisi yang tidak sehat diantara bagian dan adanya tekanan yang ekslusif dalam jangka pendek.

No comments:

Post a Comment