ASUMSI
KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Rencana
pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan
pada asumsi operasi dan perilaku manusia, yaitu sebagai berikut.
a.
Management
by Exception (MBE)
MBE sangat efektif untuk mengatur dan
mengontrol aktivitas organisasi, dimana manajer harus berkonsentrasi pada penyimapangan
anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi
pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan perhatian manajemen pada penyimpangan
dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan
untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
b.
Management
by Objective (MBO)
Dalam akuntansi pertanggungjawaban,
manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang-orang melakukan tugasnya
sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan
mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan
tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan
secara detail.
Untuk mendapatkan motivasi dan
komunikasi dari MBO dan akuntansi pertanggungjawaban, kondisi lingkungan yang baik
harus ada, antara lain sebagai berikut.
-
Dalam menentukan tujuan dari akuntansi
pertanggungjawaban, top manajemen menyediakan semua petunjuk yang spesifik atas
semua tujuan perusahaan secara keseluruhan.
-
Dalam memformulasikan secara detail
tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen dan manajer akuntansi
pertanggungjawaban harus secara maksimal menyelaraskan antara kebutuhan pribadi
dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
-
Motivasi timbul jika orang-orang percaya
bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara simultan akan memenuhi
kebutuhan pribadinya.
-
Jika tujuan perusahaan sesuai dengan
keinginan mereka, maka mereka akan menginternalisasikan tujuan perusahaan dan
keselarasan tujuan akan tercapai.
Manajer dan bawahan harus berkerjasama,
misalnya bawahan diajak bekerja sama dalam memformulasikan biaya dan target
pendapatan yang akan dipresentasikan pada level yang lebih tinggi dalam pusat
pertanggungjawaban.
Hasil kinerja dievaluasi sebagai alat
untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi, siapa yang berhak menjelaskan
mengapa penyimpangan tersebut terjadi, dan menentukan tindakan perbaikan. Hasil
kinerja secara periodik tidak hanya untuk mendapatkan penghargaan ataupun
hukuman, namun dapat dijadikan sebagai motivasi dalam memperbaiki kualitas tindakan
perbaikan.
c.
Keselarasan
antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi
bahwa kendali organisasi ditingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan
dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi
formal.
Top manajemen mendelegasikan dan
memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki
organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas
spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai
wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka
dan untuk memengaruhi bawahan mereka.
Pusat pertanggungjawaban adalah dasar bagi
seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban, dengan demikian kerangka akuntansi
pertanggungjawaban harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi
harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.
d.
Penerimaan
Atas Tanggung Jawab yang Diberikan
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan
penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat
pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya
dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia
menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa
dibutuhkan secara fisik dan sumber daya.
Mereka akan melaksanakannya dengan baik
jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan
kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya
organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami
kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi
pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada
suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya.
Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi
pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka,
dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
e.
Kemampuan
dalam Memengaruhi Kerjasama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu
meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja
untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan
tingkat loyalitas, kemampuan dalam membuat keputusan sendiri di dalam kerangka
tanggungjawab yang didelegasikan kepada para manajer. Sehingga para manajer
akan merasa menjadi bagian penting dalam organisasi dan merasa dihargai yang menyebabkan secara
bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Semangat kerjasama para manajer akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan para
manajer bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka
merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir
bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan memengaruhi masa depan.
Tekanan yang berlebihan dalam pencapaian
tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan manfaat yang diperoleh dari
kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, akan terjadi kompetisi yang tidak
sehat diantara bagian dan adanya tekanan yang ekslusif dalam jangka pendek.
No comments:
Post a Comment