Evaluasi Program Pelatihan
Setelah
peserta pelatihan menyelesaikan pelatihan mereka, program pelatihan tersebut
dapat dievaluasi untuk melihat seberapa baiknya sasaran itu dapat dicapai.
Sebagai contoh, jika para perakit mampu melas sebuah sambungan dalam 30 detik,
atau seorang teknisi Xerox memperbaiki sebuah mesin dalam 30 menit, maka
efektivitas program bisa diukur berdasarkan pada apakah tujuan-tujuan ini
tercapai.
Secara
keseluruhan ada sedikit keraguan bahwa pelatihan dan pengembangan bisa menjadi
efektif. Misalnya, banyak perusahaan yang banyak melakukan investasi dalam
pelatihan di tempat kerja yang telah sangat memperbaiki posisi mereka. Telaah
formal tentang program pelatihan juga menekankan dampak positif dari
program-program tersebut. Sebuah telaah yang dilakukan pada awal 1990-an
menyimpulkan bahwa perusahaan yang membangun program pendidikan ditempat kerja
dan mereorganisasi kerja melaporkan perbaikan yang menonjol dalam kemampuan karyawan mereka serta mutu
produk mereka. Telaah lain mengemukakan bahwa bisnis yang beroperasi dibawah
level produktivitas tenaga kerja yang mereka harapkan mendapatkan peningkatan
yang berarti dalam pertumbuhan produktivitas sesudah mengimplementasikan
program-program pelatihan karyawan baru.
Terdapat
dua masalah dasar yang harus dikemukakan bila mengevaluasi sebuah program
pelatihan. Pertama adalah rancangan dari telaah evaluasi dan, terutama apakah
eksperimentasi terkendali akan digunakan. Yang kedua adalah efek pelatihan yang
dapat diukur. Eksperimentasi terkendali (controlled
experimentation) adalah metode terbaik untuk untuk digunakan dalam
mengevaluasi sebuah program pelatihan. Dalam sebuah eksperimen terkendali, baik
kelompok pelatihan maupun kelompok kendali (yang tidak menerima pelatihan)
sama-sama digunakan. Data (misalnya, tentang kuantitas produksi atau
kualitas dari sambungan yang dilas)
hendaknya diperoleh baik sebelum maupun sesudah usaha pelatihan dalam kelompok
yang dieksposkan untuk pelatihan dan sebelum serta sesudah periode kerja yang
berhubungan dalam kelompok kendali. Dengan cara ini, mungkin untuk menetapkan
sejauh mana ada perubahan kinerja dalam kelompok pelatihanyang dihasilkan dari
pelatihan itu sendiri dan bukannya dari suatu perubahan di seluruh di seluruh
organisasi seperti naiknya gaji. Kami beanggapan bahwa kenaikan gaji akan
mempengaruhi karyawan adalam kedua kelompok secara sama. Akan tetapi, dari segi
praktik terbaru, sebuah survey menemukan bahwa kurang dari sepuluh perusahaan
yang memberikan tanggapan berusaha untuk mendapatkan ukuran sebelum dan sesudah
pelatihan dari peserta peatihan, jumlah anggota yang menggunakan kelompok
kendali adalah tidak seberapa. Seorang ahli mengusulkan supaya
sekurang-kurangnya menggunakan satu formulir evaluasi.
ARTIKEL EKONOMI TERKAIT LAINNYA KLIK DISINI!!!
No comments:
Post a Comment