AUDITING - PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian substantif merupakan
langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan. Pengujian substantive meliputi prosedur-
prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji
yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan
keuangn. .
Jenis
pengjian substantive :
aPengujian atas transkasi
b.
Prosedur
analitis
c.
Pengujian
terperinci atas saldo
a.
Pengujian atas
transaksi
Penguian atas transaksi (substantive test of transaction)
meliputi prosedur – prosedur audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan
transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan
apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan
diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku
pembantu dangan benar.
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi
tujuan audit untuk transaksi:
- Esixtence
- Completeness
- Accuracy
- Classification
- Timing
- Posting and
summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar
dalam jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total
buku besar adalah benar.
Pengujian
detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :
a.
Ketepatan
otorisasi transaksi akuntansi
b.
Kebenaran
pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c.
Kebenaran
pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.
Metodologi
Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi.
Program
audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :
- Bagaimana
penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur
pengendalian intern.
- Gambaran
prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian
intern
- Rencana tingkat
risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang di jalankan maupu risiko pengendalian
yang direncanakan akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian
dan pengujian substantive atas transaksi.
Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi:
a.
Melaksanaka
prosedur untuk memehami srtuktur pengendalian intern
b.
Menetapkan
risiko pengendalian
c.
Mengevaluasi
biaya dan manfaaat dari pengujian atas pengendalian
d.
Merancang
pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit berkaitan transaksi
- Prosedur audit
- besar sempel
- pos / unsure yang dipilh
- saat pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik
pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan
bervariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang di tetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang
direncanakan rendah, penekanaan akan banyak diberikan kepada pengujian atas
pengendalian. Beberapa pengujian substantive atas transaksi juga akan
ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian
substantive atas transaksi yang akan digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam
memperoleh pemahaman pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam Pengujian Detai
Transaksi:
- Tracing : pilih
satu sempel sales invoice dan telusur ke sales journal
- Vouching: pilih
satu sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur ke sales
invoices.
- Reperforming
:periksa kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.
- Inquiring :
tanyakan pada klien apakah ada
transaksi- transaksi related parties.
Pada pegujian detail transaksi, auditor mengarahkan
pengujianya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang
bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk
memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.
Pengujian ini umunya leihanyak menyita waktu
dibandingkan prosedur analitis, oleh
karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya dari pada prosedur
anatilis.
b.
Prosedur
Analitis
prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah
perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain
yang berhubungan. tujuan penggunaan prosedur analitis adalah:
a.
Memahami bidang usaha klien
b.
Menetapkan kemampuan kelangdungan
hidup entitas
c.
Indikasi timbulnya kemungkinan salah
saji dalam laporan keuangan
d.
Menggurangi pengujian audit yang
lebih rinci
Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi
kemungkinan terjadi salah saji material, tergantung pada factor:
1.
Sifat asersi
2.
Kelayakan dan kemampuan untuk
memprediksi suatu hubungan
3.
Tersedianya dan keandalan data yang
digunakan untuk mengembangakan harapan
4.
Ketepatan harapan
Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang
berbeda, yaitu :
a.
Tahap perencanaan untuk membantu
auditor menentukan bahan bukti lain yang di perlukan untuk memenuhi resiko
audit yang di inginkan (disyaratkan)
b.
Selama pelaksanaan audit bersama-
sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo (bebas
pilih)
c.
Mendekati penyelesaian akhir audit
sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)
c.
pengujian
terinci atas saldo
pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit
buku besar baik untuk akun neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama
adalah pada neraca.
Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup
memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi tahap – tahap sebagai
berikut :
1.
Menetapkan materialitas dan resiko
audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun. Setelah estimasi awal
mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan
totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang dapat di
toleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang signifikan. Salah saji
yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo
makin besar.
Resiko
audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan,
daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa
salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative
terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko
bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek historis, linkungan atau
operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam
tahun berjalan.
2.
Menetapkan resiko pengendalian untuk
suatu siklus akuntansi
Pengendalian
yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi
barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan
pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan
bahan bukti substantive yang dibutuhkan.
3.
Merancang pengujian pengendalian,
transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus akuntansi. Pengujian
dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4.
Merancang pengujian detail saldo
untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit, pengujian terinci atas saldo yang
direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos garing miring unsure
yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus dipilih dan dirancang
bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit dalam setiap
perkiraan.
No comments:
Post a Comment