KLIK gambar untuk menutup Iklan

Tuesday, April 14, 2015

AUDITING - PENGUJIAN SUBSTANTIF

AUDITING -  PENGUJIAN SUBSTANTIF
            Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.  Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangn. .     
Jenis pengjian substantive :
aPengujian  atas transkasi
b.     Prosedur analitis
c.      Pengujian terperinci atas saldo

a.      Pengujian atas transaksi
            Penguian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur – prosedur audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.
            Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:
-        Esixtence
-        Completeness
-        Accuracy
-        Classification
-        Timing
-        Posting and summarizing
            Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :
a.      Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi
b.     Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c.      Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku pembantu.
Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi.
Program audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :
-        Bagaimana penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur pengendalian intern.
-        Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern
-        Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
            Baik prosedur yang di jalankan maupu risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
            Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi:
a.      Melaksanaka prosedur untuk memehami srtuktur pengendalian intern
b.     Menetapkan risiko pengendalian
c.      Mengevaluasi biaya dan manfaaat dari pengujian atas pengendalian
d.     Merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit berkaitan transaksi
- Prosedur audit
- besar sempel
- pos / unsure yang dipilh
- saat pelaksanaan
            Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang di tetapkan.
            Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah, penekanaan akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantive atas transaksi juga akan ditekankan.
            Jika risiko pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian substantive atas transaksi yang akan digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam memperoleh pemahaman pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
            Prosedur Audit yang dilakukan dalam Pengujian Detai Transaksi:
-        Tracing : pilih satu sempel sales invoice dan telusur ke sales journal
-        Vouching: pilih satu sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur ke sales invoices.
-        Reperforming :periksa kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.
-        Inquiring : tanyakan pada klien  apakah ada transaksi- transaksi related parties.
            Pada pegujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujianya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.
            Pengujian ini umunya leihanyak menyita waktu dibandingkan  prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya dari pada prosedur anatilis.
b.     Prosedur Analitis
            prosedur analitis yang sering dilakuakan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan penggunaan prosedur analitis adalah:
a.      Memahami bidang usaha klien
b.     Menetapkan kemampuan kelangdungan hidup entitas
c.      Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d.     Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci
            Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi salah saji material, tergantung pada factor:
1.     Sifat asersi
2.     Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3.     Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan
4.     Ketepatan harapan
            Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :
a.      Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di perlukan untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)
b.     Selama pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo (bebas pilih)
c.      Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan)

c.      pengujian terinci atas saldo
            pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhit buku besar baik untuk akun neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.
            Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi tahap – tahap sebagai berikut :
1.     Menetapkan materialitas dan resiko audit ynag dapat di terima dan resiko bawaan suatu akun. Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor, salah saji yang dapat di toleransi di tentukan untuk masing- masng saldo yang signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.
Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain. Resiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek historis, linkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam tahun berjalan.
2.     Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan bukti substantive yang dibutuhkan.
3.     Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu siklus akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.

4.     Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit, pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sempel, pos garing miring unsure yang dipilih dan saat pengujian. Prosedur-prosedur harus dipilih dan dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit dalam setiap perkiraan.

No comments:

Post a Comment