Lingkungan
Persaingan / Industry
1.1.1
Mengidentifikasi Pesaing :
Menurut Kotler
(1997:203) Kita dapat membedakan empat tingkat persaingan berdasarkan tingkat
substitusi produk yaitu :
a.
Persaingan Merek : Terjadi apabila suatu
perusahaan mengaanggap para pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan
produk yang serupa pada pelanggan yang sama dengan harga yang sama.
b.
Persaingan Industri : Terjadi apabila
suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat
produk atau kelas produk yang sama.
c.
Persaingan Bentuk : Terjadi apabila
suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang
memproduksi produk yang memberikan jasa/ pelayanan yang sama.
d.
Persaingan Generik : Terjadi apabila suatu perusahaan menganggap
para pesaingnya adalah semua perusahaan bersaing untuk mendapatkan uang
konsumen yang sama.
1.1.2
Arena dan Eskalasi (Urutan Tangga) Persaingan
Menurut Suwarsono (2000:248)
Intensias persaingan digambarkan meningkat secara berurutan dari arena pertama
menuju arena kedua dan seterusnya. Kadangkala juga dijumpai loncatan, misalnya
dari arena pertama langsung menuju pada arena ketiga. Bahkan mungkin juga
dijumpai arus balik. Setelah berada pada arena ketiga, misalnya, tidak terus menuju
pada arena keempat, akan tetapi kembali pada arena kedua bahkan mungkin arena
pertama. Lebih dari itu, masing-masing arena (tangga utama) mengandung berbagai
anak tangga di dalamnya yang juga mencerminkan intensitas, setidaknya berbagai
model persaingan.
Empat macam arena
(tangga utama) persaingan tersebut, menurut D’Aveni dalam buku Manajemen
Strategik Konsep dan Kasus Suwarsono (2000:249) adalah (1) harga dan kualitas,
(2) waktu dan pengetahuan/teknologi, (3) penciptaan halangan memasuki pasar,
dan (4) ketangguhan keuangan perusahaan.
Setelah tangga pertama dilalui yang ditandai dengan adanya pasar yang diisi
dengan berbagai barang dengan kualitas yang bagus dan harga murah, tingkat
intensitas persaingan berada pada tangga kedua yang mengandalkan keunggulan
waktu dan teknologi. Dinamika pasar, kemudian ditandai dengan usaha imitasi dan
transformasi keunggulan (lompatan katak) yang dengan segera akan diikuti oleh
tangga berikutnya. Pada tangga ketiga ini perusahaan berusaha membangun
halangan memasuki pasar yang pada ujungnya akan sampai pada strategi
menghancurkan keunggulan pesaing, yang sudah amat dekat dengan dimasukinya
tangga terakhir, yakni persaingan yang mengandalkan kekuatan keuangan
perusahaan.
1.1.3
Merancang Sistem Intelijen Persaingan
Mengumpulkan
informasi persaingan seharusnya tidak merupakan proses yang serampangan.
Sebaliknya, setiap perusahaan harus merancang dengan hati-hati sistem intelijen
persaingannya agar dapat efektif dalam biaya. Setiap orang dalam perusahaan
harus tidak hanya melayani dan memuaskan pelanggan melainkan juga diberikan
insetif untuk mendeteksi informasi persaingan dan menyampaikannya pada
pihak-pihak yang relevan dalam perusahaan. Kadang-kadang tim gabungan-disiplin
dibentuk secara khusus untuk tujuan ini. Menurut Kotler (1997:212) Ada empat
langkah utama dalam merancang sistem intelijen persaingan :
a.
Pembentukan sistem. Langkah pertama
membutuhkan pengindentifikasian jenis-jenis informasi persaingan yang
terpenting pengindentifikasian sumber terbaik untuk mendapatkan informasi ini,
penugasan seseorang yang akan mengelola sistem tersebut dan pelyanannya.
b.
Pengumpulan Data. Data dikumpulkan
secara berkesinambungan dari lapangan (tenaga penjual, saluran, pemasok,
perusahaan periset pasar, asosiasi perdagangan), dari pelamar dan pegawai
pesaingan, dari orang-orang yang berbisnis dengan pesaing, dari pengamatan atas
pesaing atau analisa bukti-bukti fisik, dan dari data yang dipublikasikan
(publikasi pemerintah, artikel). Meskipun sebagian besar teknik pengumpulan
infoemasi adalah legal, beberapa daripadanya melibatkan etika yang
dipertanyakan. Contohnya, perusahaan-perusahaan diketahui sering memasang iklan
dan mengadakan wawancara lamaran kerja yang tidak ada untuk mengorek informasi
mengenai pesaing dari pegawainya. Perusahaan harus mengembangkan cara yang
efektif untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang pesaing tanpa
melanggar standar hukum atau etika.
c.
Evaluasi dan analisa data. Data
diperiksa keabsahan dan kehandalannya, diinterpretasikan, dan diorganisasikan.
d.
Penyebarluasan informasi dan pemberian
tanggapan. Informasi utama disampaikan kepada pengambil keputusan yang relevan
dan pertanyaan manajer tentang pesaing dijawab.
1.1.4
Konsep Industri Tentang Persaingan
Menurut Kotler
(1997:204) Industri adalah sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk
atau kelas produk yang merupakan
substitusi dekat satu sama lain. Industri dapat dikelompokkan, yaitu :
1) Jumlah Penjual dan Tingkat
Diferensiasi
a. Monopoli
murni. Terjadi apabila hanya ada satu perusahaan yang menyediakan suatu produk
tertentu dalam Negara atau wilayah tertentu. Monopoli ini dapat merupakan hasil
dari peratuan paten, lisensi, skala ekonomi, atau faktor-faktor lain. Monopolis
yang tidak teregulasi yang berusaha memaksimalkan laba akan mengenakan harga
yang tinggi, sedikit atau tidak memasang iklan, dan menawarkan pelayanan
minimium, karena pelanggan harus membeli produknya sehubungan dengan tidak
adanya substitusi dekat, jika terdapat substitusi parsial dan terdapat beberapa
ancaman persaingan yang segera akan timbul, monopolis murni mungkin melakukan
investasi dalam lebih banyak pelayanan dan teknologi untuk mempertahankan
pangsa pasarnya. Monopoli yang teregulasi diharuskan untuk mengenakan harga
yang lebih rendah dan memberikan lebih banyak pelayanan karena menyangkut
kepentingan masyarakat.
b. Oligopoli.
Suatu struktur industry dimana sejumlah kecil (biasanya) perusahaan besar
memproduksi produk mulai dari yang sangat terdiferensiasi hinga yang
terstandarisasi. Ada dua bentuk oligopoli, murni dan terdiferensiasi. Oligopoli
murni sebuah perusahaan dalam industri oligopilistik murni akan merasa sulit
untuk mengenakan harga yang lebih tinggi daripada harga yang berlaku kecuali ia
dapat membedakan pelayanannya. Jika pesaing menyamai pelayanan tersebut, maka
satu-satunya cara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif adalah melalui biaya
yang lebih rendah. Biaya yang lebih rendah dapat dicapai dengan mengejar
strategi volume yang tinggi. Oligopoli yang terdiferensiasi dapat dijadikan
kualitas, kelengkapan, mode, atau pelayanan. Masing-masing pesaing dapat
mencari keunggulan dalam salah satu stribut utama ini, menarik pelanggan yang
menyukai atribut tersebut, dan membebankan premi harga untuk atribut tersebut.
c. Persaingan
monopolistic. Terdiri dari banyak pesaing yang mampu membedakan penawaran
mereka secara keseluruhan atau sebagian. Banyak dari pesaing yang memusatkan
perhatian pada segmen pasar dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan cara yang paling unggul dan kemudian munutut premi harga.
d. Persaingan
Murni. Terdiri dari banyak pesaing yang menawarkan produk yang sama. Karena
tidak ada dasar bagi diferensiasi, harga pesaing akan sama. Tidak ada pesaing
yang akan memasang iklan kecuali jika iklan dapat menciptakan diferensiasi
psikologis, dalam hal ini akan lebih tepat untuk menggambarkan industri
tersebut biaya produksi atau distribusi yang lebih rendah.
2) Pintu Masuk dan Penghalang
Mobilitas
Industri-industri
sangat berbeda dalam kemudahan untuk masuk yaitu, seberapa mudah bagi sebuah
perusahaan baru untuk memasuki suatu pasar yang menunjukkan laba yang
menarik. Penghalang masuk utama terdiri
dari persyaratan modal, skala ekonomis, persyaratan paten dan lisensi,
kelangkaan lokasi bahan baku atau penyalur, persyaratan reputasi. Bahkan
setelah perusahaan memasuki suatu industry, ia mungkin menghadapi penghalang
mobilitas saat ia berusaha memasuki segmen pasar yang lebih menarik.
3) Pintu Keluar dan Penghalang
Penciutan
Idealnya,
perusahaan harus bebas untuk meninggalkan industri yang labanya sudah tidak
menarik, namun mereka sering menghadapi penghalang keluar. Penghalang keluar
yang paling umum adalah tanggung jawab hukum dan moral pelanggan, kreditor, dan
pegawai, pembatasan pemerintah, kekurangan peluang alternatif. Perusahaan yang
ingin tetap tinggal harus mengurangi penghalang keluar bagi pihak lain. Mereka
dapat menawarkan diri untuk membeli aktiva pesaing, menyelesaikan tanggung
jawab pada pelanggan, dan seterusnya. Bahkan jika beberapa perusahaan tidak
ingin keluar dari industry tersebut, mereka mungkin ingin memperkecil ukuran
mereka. Di sinilah perusahaan harus berusaha mengurangi penghalang penciutan
untuk membantu pesaing mereka yang tidak sehat agar dengan lancar dapat menjadi
lebih kecil. Dua penghalang penciutan yang paling umum adalah peningkatan
kontrak dan manjemen yang keras kepala.
4) Stuktur Biaya
Setiap
industri memliki bauran biaya tertentu yang banyak mendorong tindakan
strategisnya. Perusahaan akan memberikan perhatian terbesar pada biaya mereka
yang paling tinggi dan akan menerapkan strategi untuk mengurangi biaya-biaya
ini.
5) Tingkat Integrasi Vertikal
Dalam
bebrapa industri, perusahaan menemukan bahwa adalah menguntungkan untuk
melakukan integrasi ke hulu dan/atau ke hilir (integrasi vertical). Integrasi
vertical sering menurunkan biaya dan memberikan pada perusahaan lebih banyak
kontrol atas arus nilai tambah. Sebagai tambahan, yang terintegrasi secara
vertical dapat memanipulasi harga dan biaya mereka dalam segmen-segmen bisnis
mereka yang berbeda-beda untuk mengasilkan laba di segmen dengan pajak
terendah.
6) Tingkat Globalisasi
Beberapa
industri bersifat sangat lokal, yang lainnya bersifat global. Perusahaan dalam
industry global harus bersaing dengan basis global, jika mereka ingin mencapai
skala ekonomis dan mengikuti kemajuan terakhir dalam teknologi.
1.2
Dinamika Pemasok dan Perantara Serta Hubungannya dengan Pengelolaan dan Kinerja
Organisasi
1.2.1
Pemasok (suppliers)
Menurut Kotler &
Armstrong (1997:75) Pemasok (suppliers)
adalah perusahaan-perusahaan dan individu-individu yang menyediakan sumber daya
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Perkembangan
pemasok secara serius dapat mempengaruhi pemasaran. Manajer pemasaran juga
harus memperhatikan ketersediaan pasokan, kelangkaan pasokan, dan penundaan
pasokan. Terhambatnya aliran pasokan dapat membebani penjualan dalam jangka
pendek dan merusak kepuasan pelanggan dalam jangka panjang. Meningkatkan biaya
pasokan bisa mendorong kenaikan harga yang mengganggu volume penjualan
perusahaan.
1.2.2
Perantara Pemasaran (marketing
intermediaries)
Menurut Kotler &
Armstrong (1997:76) Perantara Pemasaran (marketing
intermediaries) adalah perusahaan-perusahaan yang membantu peusahaan
tersebut untuk mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan produknya kepada
pembeli akhir. Perantara pemasaran meliputi perantara/makelar, perusahaan
distribusi fisik, biro jasa pemasaran, dan perantara keuangan.
a.
Perantara Penjualan/Makelar (middlemen) adalah perusahaan saluran
distribusi yang membantu mendapatkan pelanggan atau melakukan penjualan.
Perantara Penjualan/makelar mencakup pedagang besar dan ritel yang membeli dan
menjual kembali barang-barang dagangan (mereka seling disebut reseller).
b.
Perusahaan Distribusi Fisik (physical distribution firms) membantu
perusahaan menyimpan dan memindahkan barang dari pabrik (point of origin) ke tempat-tempat penjualan (destination). Pedagang Besar (wholesaler)
adalah perusahaan yang menyimpan dan melindungi barang-barang sebelum
dipindahkan ke tempat penjualan berikutnya. Perusahaan-perusahaan transportasi
meliputi jawatan kereta api, perusahaan truk, perusahaan penerbangan,
perusahaan angkutan barang, dan perusahaan lain yang khusus memindahkan
barang-barang dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Perusahaan harus menentukan
cara terbaik untuk menyimpan dan mengirimkan barang, menyeimbangkan
faktor-faktor seperti biaya, pengiriman, kecepatan, dan keamanan.
c.
Biro Jasa Pemasaran (marketing service agencies) adalah
perusahaan riset pemasaran, biro-biro iklan, perusahaan media, dan konsultan
pemasaran yang membantu perusahaan menetapkan sasaran dan mempromosikan
produk-produknya ke pasar yang tepat. Ketika memutuskan untuk menggunakan salah
satu dari biro ini, perusahaan harus memilih dengan hati-hati karena
perusahaan-perusahaan ini berbeda dalam kreativitas, mutu pelayanan, dan harga.
Perusahaan harus mengkaji ulang kinerja perusahaan jasa pemasaran ini secara teratur
dan kalau perlu menggantinya bila mereka tidak lagi menunjukkan kinerja dengan
baik.
d.
Perantara Keuangan (financial intermediaries) mencakup bank, perusahaan kredit,
perusahaan asuransi, dan perusahaan-perusahaan lain yang membantu transaksi
keuangan atau menjamin risiko sehubungan dengan pembelian dan penjualan barang.
Kebanyakan perusahaan dan pelanggan bergantung pada perantara keuangan untuk
mendanai transaksi mereka. Kinerja pemasaran perusahaan dapat secara serius
dipengaruhi oleh peningkatan biaya redit, kredit yang terbatas, atau keduanya.
Untuk itu, perusahaan harus mengembangkan hubungan timbal balik yang kuat
dengan lembaga-lembaga keuangan yang penting.
No comments:
Post a Comment