EVALUASI KINERJA
Dalam rangka meningkatkan
produktifitas perusahaan dan memuaskan pelanggan, maka kinerja karyawan perlu
mendapat perhatian dari masyarakat, pemerintah maupun swasta[1]. Adanya persaingan
global dalam kebebasan perdagangan membuat sebagian besar perusahaan harus ikut
berjuang untuk tetap dapat melakukan operasional perusahaannya atau bahkan
untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Tentu saja hal ini juga memerlukan
bantuan dan dukungan yang besar dari para karyawannya karena bagaimanapun juga
karyawan perusahaanlah yang merupakan aspek pokok dalam pelaksanaan sebuah
perusahaan [2].
Unilever (dan juga perusahaan –
perusahaan lainnya di Indonesia) masih belum memiliki penilaian kinerja yang
terintegrasi. Yang ada baru performance apprasial saja.
Sistem performance management yang baik seharusnya
memiliki performance planning, coaching, saat proses
berlangsung, serta performance review. Kondisi tersebut sulit
dicapai di Indonesia karena budaya di negeri ini kurang akrab dan adanya aspek
kesetaraan atasan – bawahan. Padahal, performance management yang
terintegratif dapat berlangsung di luar negeri karena adanya aspek kesetaraan
antara atasan dan bawahan, sehingga mereka dapat berinteraksi dalam menentukan
target yang harus dicapai. Di Unilever, aspek tawar – menawar target baru
berlaku di level direktur. Belum berlaku untuk kepala departemen ke bawah.
Jadi, performance planning yang efektif memang belum berjalan.
Dengan adanya suatu hasil
observasi ini yang dapat mengevaluasi kinerja karyawan tersebut, diharapkan
perusahaan, khususnya PT unilever ini dapat mengantisipasi dan mengadakan
pencegahan terhadap beberapa factor tersebut sehingga dapat menanggulangi
kinerja buruk yang dapat terjadi pada karyawan mereka sewaktu-waktu. Hal ini
diterapkan guna mendapatkan hasil pecapaian produksi perusahaan yang maksimal
tanpa mengabaikan kepentingan para karyawannya.
Solusi pemecahan masalah
Jumlah karyawan yang bekerja di
PT Unilever Indonesia secara keseluruhan pada tanggal 31 Desember 2013 ini
adalah mencapai 6.719 karyawan. Hal ini naik dari tahun 2012 yang berjumlah
6.447 karyawan[3]. Hal ini tentu saja bukan jumlah yang sedikit dalam ukuran
sebuah perusahaan. Jumlah karyawan yang banyak ini tentu saja membutuhkan
perhatian ekstra dari perusahaan Unilever tersebut dalam mengembangkan dan
melatih para SDMnya.
Di Unilever, kesempatan untuk
memperoleh posisi yang lebih baik dengan gaji yang lebih baik akan sangat
tergantung pada performa kerja masing – masing karyawan. Unilever memiliki
sistem reward yang sangat fair. Ini bercermin dari
sistem reward yang diberikan kepada orang – orang yang
memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan. Sementara orang yang underperformed
(low-performer) akan memperoleh reward yang juga
rendah. Sistem ini membuat setiap manajer di Unilever berusaha memberikan
performa terbaiknya untuk mencapai target perusahaan.
Proses performance
management di Unilever berawal dari rapat Senior Group Directors
(SGD). Dalam rapat ini dibahas proyeksi kinerja selama setahun ke depan,
ditambah key performance indicator (KPI)-nya. Hasilnya akan dibawa
ke perusahaan masing – masing, yang selanjutnya diturunkan lagi ke kepala
divisi, selanjutnya ke kepala dan terakhir ke manajer. Kepada para kepala
divisi ini, kepala departemen dan manajer akan diberikan individual performance
plan yang harus dicapai plus KPI-nya. Tak hanya diberi target, karyawan juga
rutin diberi coaching dan konseling antara atasan dan bawahan.
Setelah memasuki masa penilaian, karyawan bersangkutan bisa menyanggah hasil
penilaian atasan jika dirasa tidak sesuai. Semua hal tersebut memiliki form
yang lengkap dan tersusun rapi.
Rekrutmen merupakan perjalanan
awal karier. Setelah calon pemimpin (Future Leaders) di Unilever
ini direkrut, maka akan menjalani Unilever Development Program. Keberanian
Unilever untuk menetapkan entry salary yang tinggi juga
membuat Unilever dipilih dalam hal sistem remunerasi. Sistem remunerasi
perusahaan ini juga dinilai sangat atraktif dan kompetitif, dan mampu memacu
karyawan untuk maju dan berkembang.
Untuk pengembangan
profesionalisme, Unilever memiliki learning programme yang
komprehensif serta terus memupuk learning culture di perusahaan yang mendorong
orang untuk dapat belajar berbagai hal di setiap kesempatan, baik melalui
sesi-sesi resmi maupun tidak resmi dimana karyawan dapat saling sharing
pengetahuan, pengalaman, kisah sukses maupun kegagalan untuk pembelajaran
rekan-rekannya. Untuk mendorong work-life balance, Unilever
menyediakan berbagai sarana seperti fasilitas gym, klub olahraga
untuk karyawan, nursery room, daycare centre menjelang
Lebaran, aktivitas rohani dan social, dan lain-lain.
Dengan mendorong karyawan untuk
terus menerus mengembangkan diri serta mempertahankan work-life balance,
perusahaan dapat mengembangkan dan mempertahankan SDM-SDM yang handal dan
berkualitas, yang berperan utama dalam pengembangan bisnis. Setiap tahun
manajemen Unilever Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis di Indonesia, yang
disesuaikan dengan target yang ingin dicapai oleh Unilever secara global.
Dalam mengatasi permasalahan SDM
dalam bidang pelatihan ini perusahaan unilever secara umum telah menyiapkan
modul training yang berjumlah 2.188 modul yang telah dinaikan dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 2.046 buah modul. Selain itu dari segi peningkatan
jumlah pelatih internal juga naik dari 1.416 pelatih menjadi 1.575 pelatih. Dan
peningkatan jumlah aktivitas training mencapai 12,705 training[4].
Program pelatihan tersebut
meliputi program pelatihan general skills, leadership skills,
professional skills, dansharing session[5]. Dari
masing-masing program pelatihan tersebut masih memuat beberapa program
didalamnya secara mendetail dan khusus untuk membimbing dan melatih para
karyawan untuk dapat mengembangkan keahlian dan untuk menyemangati para
karyawan agar lebih termotivasi kembali didalam melakukan pekerjaannya.
Perusahaan ini juga menggunakan lebih banyak media yang bersifat interaktif
seperti Facebook, Twitter, dan Safety Portal di intranet Unilever Indonesia
guna menjalin dialog dua-arah tentang berbagai masalah berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini dilakukan oleh PT unilever guna
menjaga keselamatan dan kesehatan para karyawannya yang dianggap paling
penting.
General skills atau keahlian umum
ini meliputi berbagai pelatihan keahlian secara umum yang diajarkan kepada para
karyawan perusahaan PT. Unilever. Selain itu general skill ini juga digunakan
untuk melatih danmemberikan training kepada seluruh karyawan perusahaan PT unilever
Indonesia dalam mempraktekan keahlian umum mereka yang berkaitan dengan
pekerjaan di perusahaan ini.
Leadership skills atau yang sering
disebut-sebut sebagai keahlian atau kemampuan kepemimpinan. Keahlian ini juga
diajarkan dan dilatih oleh perusahaan PT unilever kepada para karyawannya agar
memiliki tanggung jawab dan sikap sebagai seorang pemmpin sehingga dapat ikut
mengarahkan dan mengoperasikan perusahaan sebagai layaknya pemimpin dalam
masing-masing bidang pekerjaan mereka dalam perusahaan ini tanpa harus menunggu
perintah dan bergantung dengan orang lain.
Professional skills merupakan kemampuan
individu yang menunjukan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tanggung
jawab pekerjaannya didalam perusahaan PT unilever. Perusahaan memberikan pelatihan
ini agar seluruh karyawan perusahaan PT unilever dapat bekerja dan bertindak
secara professional didalam menjalankan bidang pekerjaannya.
Sharing session merupakan waktu
dimana para karyawan akan dikumpulkan dan berbagi mengenai keluh kesah yang
terjadi dikalangan pegawai yang berkaitan dengan pekerjaan mereka di
perusahaan. Selain itu, para pemimpin atau psikolog perusahaan juga dapat
memberikan motivasi dan penyemangat mereka pada sesi ini untuk ikut
membangkitkan gairah serta semagat para karyawan dalam bekerja. Hal ini tentu
saja penting untuk dilakukan mengingat semangat dan motivasi merupakan hal
pokok yang menjadi dasar seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Dengan adanya pelatihan atau
training tersebut maka perusahaan telah ikut serta dalam mengembangkan karir
para karyawannya baik secara langsung maupun tidak langsungmelalui program
pelatihan dan pendidikan tersebut. Hal ini tentu saja akan menambah keahlian
dan dapat membuka kesempatan berkarir yang lebih tinggi bagi para karyawannya.
Sehingga hal ini perlu dilakukan oleh berbagai perusahaan yang ingin
meningkatkan mutu sumber daya manusiannya demi kemajuan perusahaan juga.
Dalam bidang atau masalah
keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini memiliki misi tersendiri untuk
menjadi perusahaan dengan tingkat kecelakaan nol. Jadi perusahaan ini tak kenal
kompromi dalam mendukung dan memfasilitasi kesehatan dan karyawan di seluruh
operasional perusahaan dengan cara memupuk budaya perilaku aman dikalangan
karyawan dan mitra usaha. Semakin berkembangnya perusahaan ini maka resiko
kecelakaan kerja juga akan meningkat. Oleh karena itu, kesadaran akan
keselamatan kerja menjadi semakin penting dalam aktivitas bisnis dalam kegiatan
sehari-hari perusahaan. Selama tiga tahun terakhir, melalui kampanye keselamatan
‘From zero to Hero’ perusahaan ini telah meningkatkan kesadaran karyawan dalam
menjaga keselamatan diri sendiri maupun orang-orang lain di sekitar mereka.
Pada 2013, perusahaan unilever
ini meluncurkan BESAFE[6] (Behaviour-Based-Safety), sebuah program
yang berfokus untuk menanamkan perilaku aman/ safety behavior dalam diri
karyawan. Jadi pada intinya, program ini, yang mengacu pada program Behavioural
Safety Excellence, yang mengharuskan seluruh karyawan perusahaan untuk
mengetahui risiko pekerjaan mereka; dan untuk selalu berperilaku aman untuk
menghindari risiko atau bahaya, baik untuk diri mereka sendiri maupun
orang-orang lain di sekitar mereka. Program BESAFE meliputi pelatihan bagi
semua orang mulai dari pekerja pabrik hingga jajaran Direksi.
Usul kebijakan
Melihat berbagai kebijakan yang
ada dan telah dilakukan oleh perusahaan unilever tersebut, sangat menunjukan
bahwa perusahaan atau PT ini sangat berfokus pada perbaikan didalam perusahaan
yang berkaitan dengan para karyawannya karena adanya penelitian hal-hal atau
factor-faktor yang mempengaruhi kinerja pada karyawannya. Penjelasan diatas
telah menunjukan betapa perusahaan unilever ini snagat memperdulikan
kepentingan karyawannya hingga memberikan program-program kebijakan baru yang
berkaitan dengan keluhan karyawan yang terkait dengan kinerjanya pada
perusahaan.
Usulan kebijakan lainnya mungkin
merupakan usulan kebijakan untuk melaksanakan kegiatan refreshing bersama
dengan seluruh karyawan dan staff jajarannya untuk dapat saling mengenal lebih
dekat antara atasan dan karyawannya dan untuk menyegarkan pikiran mereka agar
dapat bekerja kembali secara refresh dan segar kembali untuk bekerja. Program
semacam ini dapat dilakukan kurang lebih sekali dalam setahun dengan berkunjung
ketempat-tempat wisata terdekat atau dengan mengadakan outbond agar hubungan
kerja semakin erat dan dapat memberikan nuansa baru dalam hubungan kerja antar
karyawan maupun atasanya.
No comments:
Post a Comment