Skala
Pengukuran dan Instrumen Penelitian
Pengertian
pengukuran menurut beberapa ahli :
1.
Pemberian angka terhadap sejumlah objek, peristiwa atau orang berdasarkan
aturan tertentu (Steven: 1951)
2.
Korelasi sejumlah satuan bukan angka (cohen dan nagel: 1934)
Pengukuran
berfungsi untuk menggambarkan gejala social dan psikologis, mengubah data
sehingga dapat dikontrol melalui manipulasi statistic, dan memungkinkan
peneliti membedakan antara objek yang diteliti.
Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrument
penelitian digunakan baik dalam penelitian kuantitatif maupun dalam penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif , instrument akan digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif
peneliti yang lebih banyak menjadi instrument.
8.1
Macam – Macam Skala Pengukuran
1.
Skala Nominal
Skala
nominal merupakan skala yang paling lemah dibandingkan dengan skala lain.
Bilamana menggunakan skala nominal maka akan dibuat suatu partisi dalam suatu
himpunan dalam kelompok – kelompok yang harus mewakili kejadian yang berbeda
dan dapat menjelaskan semua kejadian yang terjadi dalam kelompok tersebut. Pada
skala nominal tidak ada hubungan jarak dan tidak ada asal mula hitungan. Skala
ini mengabaikan segala informasi mengenai berbagai tingkatan yang diukurnya..
Skala ini secara luas digunakan dalam penelitian survey maupun dalam penelitian
ex post facto, bilamana data yang digolongkan menurut sub – sub kelompok utama
dari populasi.
2. Skala Ordinal
Skala
ordinal mencakup cirri cirri skala nominal ditambah suatu urutan. Pemakaian
skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai lebih besar dari pada
atau kurang dari pada atau menyatakan suatu kesamaan, tanpa menunjukkan berapa lebih
besarnya atau berapa kurangnya.
3. Skala Interval
Skala
Interval memiliki cirri – cirri skala nominal dan ordinal dan ditambah satu
lagi yaitu skala ini mencakup konsep kesamaan interval. Prosedur – prosedur
yang dapat dipakai adalah korelasi product
moment, Uji T, Uji F, dan lain lain uji parametric.
4. Skala Rasio
Skala
Rasio mencakup semua keampuhan dari skala skala lain sebelumnya ditambah dengan
adanya titik nol yang absolute. Dengan adanya nilai nol absolute ini maka nilai
pada skala pengukur adalah jumlah senyatanya dari yang diukur dank arena semua
itu operasi matematika matematika (pembagian, perkalian, penambahan,
pengurangan) dapat diterapkan pada rasio jenis ini.Misalnya nilai uang, jarak,
jumlah waktu dalam arti periode waktu, jumlah anak yang dilahirkan , tingkat
kematian, tingkat pengangguran, umur.
Ø Dalam
mengukur gejala atau fenomena social ada beberapa skala yang dapat digunakan
yaitu:
1.
Skala Likert
Skala
ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena social. Dengan skala ini maka variabel yang akan diukur
dijabarkan ke dalam indicator variabel sebagai dasar dalam menyusun butir butir
instrument penelitian.
2. Skala Guttman
Bila
menggunakan skala Guttman maka jawaban tegas yang akan diperoleh yaitu
ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah dan lain lain. Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang menggunakan skala ini apabila ingin mendapat
jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
3. Semantic Defferensial
Skala
ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak ada pilihan
ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam suatu garis kontinum yang jawaban
dangat positif terletak pada bagian kanan garis dan jawaban yang sangat
negative terletak pada bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh
adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap /
karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
4. Rating Scale
Dari
ketiga langkah pengukuran seperti yang telah di kemukakan, data yang diperoleh
adalah data kualitatif yang kemudian di kuantitatifkan, tetapi dengan
menggunakan rating scale maka data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Skala ini fleksibel karena tidak
terbatas untuk mengukur sikap saja tetapi juga dapat mengukur persepsi
responden terhadap fenomena lainnya.
5. Skala Thurnstone
Suatu
skala bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan suatu criteria
tertentu, dalam praktek metode thurnstone ini sangat jarang digunakan karena
prosedur penyusunannya memakan waktu lama, disamping itu penilaian para ahli
sangat tergantung pada pengetahuan mereka terhadap konsep sikap yang hendak
diukur. Karena itu sikap yang disusun oleh para ahli dapat berubah dan harus
ditinjau kembali dari waktu ke waktu (Masri, 1989:115-116).
8.2
Desain Instrumen
Secara prinsip
dikatakan bahwa meneliti merupakan kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap
fenomena social ataupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat
kalau dinamakan membuat laporan daripada dikatakan membuat penelitian. Jadi
instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam atau social yang diamati. Instrument instrument yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji
validitas dan rehabilitasnya. Namun instrument tersebut sulit untuk dicari.
Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variabel yang digunakan
dalam penelitian. Instrument yang perlu dibuat adalah instrument untuk mengukur
kepemimpinan, instrument untuk mengukur kepemimpinan, instrument untuk mengukur iklim kerja dan instrument
untuk mengukur produktivitas kerja karyawan. Dari variabel yang diteliti
dibuatlah definisi operasionalnya, definisi operasional tersebut menjadi dasar
dalam membuat instrument penelitian. Instrument penelitian dapat dibuat dalam
bentuk pertanyataan maupun pernyataan.
8.3
Validitas dan Reliabilitas Instrument
Ø Validitas
Instrumen
Suatu
instrument diakatakan memiliki validitas, apabila instrument tersebut mampu
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin di ukur. Menurut
pendapat para ahli yaitu Anastasi 1973 dan Nunnally 1979 (Masri. 1989. 124),
Validitas itu ada berbagai macam yaitu :
1.
Validitas Konstruk
Konstruk
adalah kerangka dari suatu konsep. Misalnya seseorang peneliti ingin mengukur
konsep “religiusitas”. Pertama – tama yang harus dilakukan adalah mencari apa
saja yang menjadi kerangka dalam penelitian tersebut. Caranya diantaranya :
A. Mencari definisi – definisi konsep
yang dikemukakan oleh para ahli yang ada pada literature. Definisi suatu konsep
biasanya berisi kerangka dari konsep tersebut. Terkadang para ahli tidak hanya
memberikan definisi tetapi sudah memberikan kerangka konsep tersebut secara
jelas.
B. Bila dalam literature tidak ditemukan
definisi konsep yang ingin di ukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri
konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi
tersebut dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan mendefisikan konsep
tersebut dengan ahli ahli yang kompeten di bidang konsep yang di ukur.
C. Menanyakan definisi konsep yang akan
diukur kepada calon responden, atau orang yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden.
2. Validitas Isi
Validitas
isi alat pengukur yang ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut
mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misalnya
seorang peneliti mengukur keikutsertaan ibu rumah tangga dalam program keluarga
berencana dengan menanyakan metode kontrasepsi yang dipakai. Bila jawaban dalam
kuisioner tersebut tidak mencakup semua metode kontrasepsi maka kuesioner
tersebut dianggap tidak memiliki validitas isi.
3. Validitas Eksternal
Dalam
penelitian social sudah sangat banyak alat ukur yang diciptakan oleh para
peneliti untuk mengukur gejala social dan alat pengukur tersebut sudah memiliki
validitas. Misalnya ada peneliti lain yang menciptakan alat pengukur baru yang
berbeda dengan alat ukur sebelumnya tetapi sama tujuannya dan memberikan hasil
yang relative sama dengan hasil pengukuran dengan pengukur sebelumnya dapatlah
alat ukur baru ini sudah memiliki validitas yang memadai.
4. Validitas Prediktif
Validitas
prediktif adalah kesahihan yang di dasarkan pada hubungan yang teratur antara
tingkah laku apa yang diramalkan oleh sebuah test dan tingkah laku sebenarnya
yang ditampilkan oleh individu atau kelompok. Alat pengukur yang dibuat oleh
peneliti sering dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa
yang akan datang.
5. Validitas Budaya
Validitas
ini penting bagi penelitian di Negara yang suku bangsanya sangat bervariasi.
Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu Negara, belum
tentu akan valid bila digunakan di Negara yang budayanya berbeda.
6. Validitas Rupa
Validitas
rupa adalah validitas yang berbeda dengan validitas lainnya seperti yang
dikemukakan di atas. Validitas rupa tidak menunjukan apakah alat pengkur
mengukur apa yang ingin di ukur , tetapi hanya menunjukan bahwa dari segi
“rupanya” suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin di ukur. Validitas
rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengkuran
kecerdasan, bakat dan keterampilan. Hal ini disebabkan dalam pengkuran aspek
kemampuan seperti itu factor rupa alat ukur akan menentukan sejauh mana minat
orang di dalam menjawab soal soal atau pertanyaan atau alat ukur..
Ø Reliabilitas
Instrument
Reliabilitas
menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama. Dalam pengukuran gejala social selalu
mempertimbangkan kesalahan pengukuran. Dalam penelitian social kesalahan
pengukuran ini cukup besar. Untuk mengetahui kesalahan yang sebenarnya, kesalahan
pengukuran ini sangat diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengkuran maka
makin reliable alat pengukuran, dan sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran
makin tidak reliable alat pengkuran tersebut. Besar kecilnya kesalahan
pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks korelasi antara hasil
pengukuran yang pertama dengan yang kedua.
8.4
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Cara Menguji
Validitas Instrumen
Terdapat berbagai jenis validitas, maka yang
akan dibicarakan di sini adalah validitas konstrak. Dengan memahami cara
penyusunan validitas konstrak, maka penyusunan validitas yang lainnya akan
lebih mudah karena pada dasar prinsipnya adalah sama. Untuk menguji validitas
konstrak dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam hal ini setelah
instrument di konstruksikan tentang aspek – aspek yang akan di ukur dengan
berdasarkan teori tertentu maka selanjutnya dikontruksi dengan ahli. Para ahli
diminta pendapat tentang instrument yang akan di susun itu. Jumlah ahli yang
digunakan minimal 3 orang.
2.
Cara Menguji Realibilitas Instrumen
Menurut
Anastasi (Masri, 1989) ada beberapa tehnik yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas instrument suatu penelitian yaitu:
A.
Teknik Pengukuran Ulang
Untuk
mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran ulang dapat
dilakukan dengan meminta kepada responden yang sama untuk menjawab semua
pertanyaan pada alat pengukur sebanyak dua kali dalam selang waktu dekat dan
tidak terlalu lama. (missal : 15 - 30 hari). Hasil pengukuran pertama
dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua. Bila hasil angka korelasi melebihi
angka krisis maka korelasi tersebut signifikan.
B. Teknik Belah Dua
Teknik
ini dapat digunakan bila alat pengukur yang disusun haruslah memiliki cukup
banyak item (pertanyaan/pernyataan) yang dibuta untuk mengukur aspek yang sama
misalnya 50-60 item. Semakin banyak jumlah item maka alat pengukur semakin
baik.
C. Teknik Bentuk Paralel
Perhitungan
reliable dengan menggunakan tehnik ini dilakukan dengan membuat dua jenis alat
pengukur untuk mengukur aspek yang sama. Kedua alat pengukur ini diberi kepada
responden yang sama, kemudia dicari validitas untuk masing masing jenis. Untuk
mengukur reliabilitas perlu mengkorelasikan skor total dari kedua alat pengukur
tersebut. Bila nilai korelasinya melebihi nilai korelasi yang ada pada table
korelasi product moment (signifikan)
maka pengukur tersebut reliable.
No comments:
Post a Comment