KLIK gambar untuk menutup Iklan

Monday, October 10, 2016

Depresiasi



1. Pengertian Depresiasi

            Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari          setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/      kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal             property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang        sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang         dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation)     nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa           asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya       selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak            dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi,    sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.



2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi

Ada 3 faktor yang mempengaruhi penghitungan depresiasi:

1. Cost (biaya). Biaya yang dimaksud di sini adalah biaya perolehan. Biaya perolehan             menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per   periode akuntansi.
2. Useful life (masa manfaat). Masa manfaat merupakan estimasi umur produktif        aktiva yang kita harapkan. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam tahun, unit           aktivitas, unit output. Masa manfaat merupakan estimasi. Dalam menentukan        estimasi tersebut, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti tujuan               penggunaan aktiva, pemeliharaan dan perbaikan, kerentanan atas kerusakannya.             Pengalaman masa lalu sangat membantu manajemen dalam menentukan masa         manfaat jenis aktiva yang serupa.
3. Residual value (nilai sisa). Nilai sisa merupakan estimasi dari nilai aktiva di akhir     masa manfaatnya. Seperti masa manfaat, nilai sisa juga merupakan estimasi. Dalam      menentukan estimasi ini, manajemen mempertimbangkan bagaimana perusahaan    merencanakan melepaskan aktiva tersebut.














3. Metode-metode depresiasi

Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
· Metode Garis Lurus
· Metode Saldo Menurun
· Metode Jumlah Angka Tahun
· Metode Unit Input
· Metode Unit Output
 
Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
(cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2012 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
1.Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
2.Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.


·  Metode Saldo Menurun
Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2012  dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2012, 2013, dan 2014 dapat dihitung sebagai berikut :

Tarif/prosentase penyusutan    = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2012        = 40% x Nilai Buku
                = 40% x Rp 16.000.000
                = Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2013        = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
                = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
                = Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2014        = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
                = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
                = Rp 2.304.000

Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarif)n
                 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x     (1 – 0,4) 3
                 = Rp 16.000.000 x 0,216
                 = Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2014 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.


·           Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2012 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke
Perhitungan
Jumlah
1
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
2
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
4
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
5
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000


Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2012 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2012 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2012 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

 


Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2012 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2012 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2012 adalah:
            (20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000
4.Penyajian aktiva tetap

Aktiva Tetap (Fixed Assets)Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
PSAK 16 Revisi 1994 tidak berlaku untuk:
hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui;
kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila:
besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan,
biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Untuk aktiva lain yang mempunyai hubungan dengan aktiva tetap dan disajikan secara terpisah dari aktiva tetap tersebut, perusahaan harus melakukan pertimbangan untuk menentukan apakah aktiva tersebut dicatat sebagai aktiva tetap atau tidak. Pertimbangan tersebut ada pada masa manfaat aktiva yang bersangkutan apakah melebihi satu periode akuntansi atau tidak. Aktiva tetap yang diperoleh secara bersamaan dengan menggunakan biaya gabungan dapat disajikan secara terpisah jika masing-masing memiliki masa manfaat yang berbeda.
Aktiva yang diperoleh perusahaan dan memenuhi kualifikasi untuk digolongkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Komponen biaya perolehan sendiri terdiri dari:
a. harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi               (non-refundable), setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga                pembelian,
b.(biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke             kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang       dimaksudkan.



Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
1. biaya persiapan tempat;
2. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-muat            (handling costs)
3. biaya pemasangan (installation costs); dan
4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
Perolehan aktiva tetap selain dengan pembelian tunai juga dapat dilakukan secara kredit. Jika pembayaran terhadap aktiva tetap tersebut dalam jangka waktu kurang dari satu periode, bunga atas hutang tersebut diakui sebagai beban bunga dan tidak dikapitalisasikan dalam nilai aktiva tetap. Pengkapitalisasian bunga dalam perolehan aktiva tetap diatur dalam PSAK 26 Revisi 1994 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.
Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap (subsequent expenditures) dikapitalisasikan jika menambah masa manfaat atau kemungkinan memberikan manfaat ekonomis di masa depan bagi perusahaan. Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap (subsequent expenditures) yang tidak menambah masa manfaat atau tidak memberikan manfaat ekonomis di masa depan diakui sebagai beban pada periode tersebut.
Aktiva tetap disajikan pada pada nilai bukunya. Nilai buku aktiva tetap merupakan nilai perolehan dari aktiva tetap tersebut dan dikurangi dengan akumulasi depresiasinya.
Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Ketika perusahaan melakukan penilaian kembali atas aset-asetnya, laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.
PSAK No. 16 (1994) tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain serta PSAK No. 17 (1994) tentang Akuntansi Penyusutan. Telah diganti dengan  PSAK 16 (Revisi 2007) dengan PSAK 16 (2004).
 PSAK 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap telah dinyatakan berlaku efektif pada Januari 2009 menggantikan PSAK No. 16 (1994) tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain serta PSAK No. 17 (1994) tentang Akuntansi Penyusutan. Terdapat beberapaperbedaan antara PSAK 16 (Revisi 2007) dengan PSAK 16 (2004). Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain:
1. Penggantian penggunaan istilah “Aktiva” menjadi “Aset” pada seluruh PSAK.
2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
PSAK 16 (Revisi 2007maupun PSAK 16 (1994) mengatur bahwa suatu aset tetap (aktiva tetap) yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset(aktiva) pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Sedangkan dalam PSAK 16 (Revisi 2007), selain pengukuran dengan  nilai perolehan tersebut masih ada pilihan model pengukuran lain. PSAK 16 (Revisi 2007) dalam Par. 29 mengatur mengenai Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Tetap, “Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam par. 30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam par. 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.” Dengan demikian, berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007), setiap entitas mempunyai 2 pilihan pencatatan akuntansi untuk pengukuran aset tetap setelah pengakuan awal, yaitu
a. model biaya historis atau
b. model revaluasi
Sedangkan PSAK 16 yang lama (1994) tidak memperbolehkan penggunaan model revaluasi dalam pengukuran aktiva tetap. Dalam PSAK 16 (1994) dinyatakan: “Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih  antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama “Selisih penilaian kembali aktiva tetap.”
Revisi pada tahun 2007 terhadap PSAK 16  ini merupakan langkah baru dalam acuan pengakuan aset tetap di dalam akuntansi  Indonesia. Sebelumnya, pengakuan nilai buku aktiva tetap disajikan dari nilai buku dikurangi dengan akumulasi penyusutan, namun dengan Revisi PSAK 16 tahun 2007 ini membuka  alternatif lain penilaian aset tetap dengan cara revaluasi, yaitu dihitung dengan dengan wajar.
1. Di dalam PSAK 16 (Revisi 2007) yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset      berwujud yang: Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang   dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.


Nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap dalam standar ini dapat dikategorikan dalam dua macam, yaitu biaya perolehan awal dan biaya-biaya setelah perolehan. Biaya perolehan awal sendiri baru boleh diakui sebagai aset tetap adalah jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset          tersebut akan mengalir ke entitas
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan tersebut tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai bagian dari aset tetap (dikapitalisasi ke dalam aset tetap). Syarat-syarat agar biaya setelah perolehan awal dapat dikapitalisasi hampir sama dengan syarat-syarat biaya tersebut dapat diakui sebagai aset tetap, yang intinya adalah terdapat manfaat ekonomis di masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara handal.



















Referensi :
























TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN

Kelompok 2
Nama :
Pande Made Oka Puspajaya (1506013045)
I Gede Krisna Aditya (1506013046)
Juniver Julian Johan Tentero (1506013052)
Daniel Alberto Lorenzio Bacas (1506013065)

Universitas Udayana
Program Diploma
Denpasar
2016




No comments:

Post a Comment