“PELUANG BISNIS RITEL”
2.1 ANALISIS PELUANG BISNIS RITEL
Beberapa
peluang yang dapat diwujudkan dalam pengembangan bisnis ritel secara umum
adalah peluang manajemen, peluang kewirausahaan, dan peluang terhadap
pengembangan karier. Berikut ulasan mengenai berbagai peluang dalam bisnis
ritel tersebut.
1.
Peluang-peluang manajemen
Untuk
mengatasi persaingan yang semakin tinggi dan adanya lingkungan yang semakin
menantang, para ritel mulai merekrut dan mempromosikan beberapa orang dengan
berbagai keterampilan dan perhatian dalam hal manajemen.
2.
Peluang-peluang kewirausahaan
Bisnis
ritel juga menghasilkan peluang terhadap orang-orang yang berkeinginan memulai
usaha. Beberapa orang terkaya di dunia merupakan wirausahawan dalam jasa ritel.
Beberapa produsen dari produk kenamaan, seperti Giorgio Armani, United Colors
of Benetton, memanfaatkan jasa ritel dalam memasarkan produk-produknya.
3.
Peluang-peluang terhadap pengembangan karier
Pada
perusahaan ritel, peluang berkarier timbul pada pembelian, produk manajemen
toko, dan fungsi staf perusahaan. Posisi perusahaan dapat dibangun pada
beberapa area, seperti akunting, financial, promosi dan periklanan.
2.2 PEMAHAMAN PERILAKU KONSUMEN
Terdapat tiga perspektif dalam
prilaku konsumen yaitu : 1) perspektif pengambilan keputusan, 2) perspektif
pengalaman, 3) perspektif pengaruh perilaku. Berikut penjelasan masing-masing
perspektif dalam perilaku konsumen.
1.
Perspektif pengambilan keputusan
Perspektif
pengambilan keputusan (decision making perspective) menggambarkan seorang
konsumen sedang melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan
pembelian. Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi
alternative, memilih dan evaluasi pasca perolehan.
2.
Perspektif pengalaman
Perspektif
pengalaman (experiental perspective) atas pembelian konsumen menyatakan bahwa
untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan
keputusan yang rasional. Namun mereka membeli produk dan jasa tertentu untuk
memperoleh kesenangan, menciptakan fantasia tau perasaan emosi saja.
3.
Perspektif pengaruh perilaku
Perspektif
pengaruh perilaku (behavioral influence perspective), mengasumsikan bahwa
kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus
terlebih dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut
perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan
rasional, tetapi juga bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa
tersebut.
2.3 PEMAHAMAN PESAING
Faktor
lingkungan yang penting dalam dunia ritel adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro dan yang terpenting adalah lingkungan mikro, dimaksud
lingkungan mikro disini adalah pesaing dan konsumen.
1.
Pesaing
Pesaing
primer ritel adalah peritel dengan format yang sama, kompetisi antara tipe
ritel yang sama yang disebut intratype competition seperti department store
bersaing dengan department store yang lain, supermarket bersaing dengan
supermarket yang lain. Sementara itu, persaingan intertype (intertype
competition) adalah persaingan antar ritel yang menjual barang-barang yang sama
dengan menggunakan format berbeda seperti toko diskon dan department store.
2. Konsumen
Untuk
menyusun suatu strategi yang efektif maka peritel harus memahami perilaku
belanja konsumen yang menjadi target pasar ritel. Untuk itu perlu dilakukan
pemahaman terhadap perilaku konsumen dalam lingkungan bisnis ritel, di mana
konsumen mempunyai dua tahapan yaitu, keputusan untuk memilih ritel dan
keputusan untuk memilih barang dagangan yang akan dibeli.
2.4 PEMAHAMAN LINGKUNGAN PEMASARAN
PESAING
Industri ritel terus berubah seiring
dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen.
Bisnis ritel adalah keseluruhan aktifitas bisnis yang terkait dengan penjualan
dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu
sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang
kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, harga yang
tepat, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan
dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku ritel
menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan
berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai
produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi
fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran,
sumber daya manusia, maupun operasional.
Sehingga pelaku ritel dapat memahami
secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara strategi pengembangannya dan
memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan
ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya
dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan
pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang
dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam mengembangkan bisnis ritel adalah
menetapkan sasaran pasar, proses ini di awali dengan menetapkan segmentasi
pasar. Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4P:
a.
Product (Produk)
Produk menurut Kotler dan Armstrong (200) adalah segala
sesuatu yang di tawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996)
“Keunggulan suatu produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan
oleh ciri-ciri khas atau keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk
yang lain yang ada dipasar.
b.
Price (Harga)
Strategi dalam penetapan harga bias dilakukan dengan
beberapa cara, misalnya: Harga building, harga predatory, harga berbasis
kompetisi, harga cost plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga
psikologis, harga dinamis (Kotler and Armstrong: 2010). Ada tiga pihak yang
menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel
yaitu: konsumen, dirinya sendiri dan pesaing. Menurut Ma’ruf (2005).
Implementasi strategi harga antara lain:
·
Penetapan harga secara tetap untuk
periode waktu tertentu dan harga yang di tetapkan secara variatif sesuai
fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
· Penetapan harga ganjil seperti: Rp
99.000,- Rp 199.000,- Rp 749.000,-
·
Leader pricing, penetapan harga
dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan untuk menarik
konsumen yang lebih banyak.
· Penetapan harga paket, yaitu harga
yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per-itemnya.
·
Harga bertingkat, ini diberlakukan
untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c.
Promotion (Promosi)
Menurut philip Kotler (1997: 153) proses keputusan pembelian
dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang
meliputi periklanan (Advertising), penjualan pribadi (Personal Selling),
hubungan masyarakat (Public Relation) dan publisitas (Publicity), promosi
penjualan (Sales Promotion) dan pemasaran langsung (Direct marketing) adalah
bagian dari rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat di control
oleh perusahaan. Menurut Schoell (1993: 424) “Tujuan promosi adalah memperoleh
perhatian, mendidik, mengingatkan dan menyakinkan.
d.
Place (Tempat/Lokasi)
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan
atau dikonsumsi (Kotler: 2002). Menurut Losch, lokasi penjualan sangat
berpengaruh terhadapa jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari
tempat penjual, konsumen semakin malas membeli karena biaya transportasi untuk
mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar
lokasi produk berada dipasar atau dekat dengan pasar.
No comments:
Post a Comment