KLIK gambar untuk menutup Iklan

Wednesday, February 22, 2017

PELUANG BISNIS RITEL



“PELUANG BISNIS RITEL”

2.1 ANALISIS PELUANG BISNIS RITEL
Beberapa peluang yang dapat diwujudkan dalam pengembangan bisnis ritel secara umum adalah peluang manajemen, peluang kewirausahaan, dan peluang terhadap pengembangan karier. Berikut ulasan mengenai berbagai peluang dalam bisnis ritel tersebut.
1. Peluang-peluang manajemen
Untuk mengatasi persaingan yang semakin tinggi dan adanya lingkungan yang semakin menantang, para ritel mulai merekrut dan mempromosikan beberapa orang dengan berbagai keterampilan dan perhatian dalam hal manajemen.
2. Peluang-peluang kewirausahaan
Bisnis ritel juga menghasilkan peluang terhadap orang-orang yang berkeinginan memulai usaha. Beberapa orang terkaya di dunia merupakan wirausahawan dalam jasa ritel. Beberapa produsen dari produk kenamaan, seperti Giorgio Armani, United Colors of Benetton, memanfaatkan jasa ritel dalam memasarkan produk-produknya.
3. Peluang-peluang terhadap pengembangan karier
Pada perusahaan ritel, peluang berkarier timbul pada pembelian, produk manajemen toko, dan fungsi staf perusahaan. Posisi perusahaan dapat dibangun pada beberapa area, seperti akunting, financial, promosi dan periklanan.

2.2 PEMAHAMAN PERILAKU KONSUMEN
            Terdapat tiga perspektif dalam prilaku konsumen yaitu : 1) perspektif pengambilan keputusan, 2) perspektif pengalaman, 3) perspektif pengaruh perilaku. Berikut penjelasan masing-masing perspektif dalam perilaku konsumen.
1. Perspektif pengambilan keputusan
Perspektif pengambilan keputusan (decision making perspective) menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternative, memilih dan evaluasi pasca perolehan.
2. Perspektif pengalaman
Perspektif pengalaman (experiental perspective) atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Namun mereka membeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasia tau perasaan emosi saja.
3. Perspektif pengaruh perilaku
Perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective), mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional, tetapi juga bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut.
2.3 PEMAHAMAN PESAING
Faktor lingkungan yang penting dalam dunia ritel adalah lingkungan makro dan lingkungan mikro dan yang terpenting adalah lingkungan mikro, dimaksud lingkungan mikro disini adalah pesaing dan konsumen.
1. Pesaing
Pesaing primer ritel adalah peritel dengan format yang sama, kompetisi antara tipe ritel yang sama yang disebut intratype competition seperti department store bersaing dengan department store yang lain, supermarket bersaing dengan supermarket yang lain. Sementara itu, persaingan intertype (intertype competition) adalah persaingan antar ritel yang menjual barang-barang yang sama dengan menggunakan format berbeda seperti toko diskon dan department store.
            2. Konsumen
Untuk menyusun suatu strategi yang efektif maka peritel harus memahami perilaku belanja konsumen yang menjadi target pasar ritel. Untuk itu perlu dilakukan pemahaman terhadap perilaku konsumen dalam lingkungan bisnis ritel, di mana konsumen mempunyai dua tahapan yaitu, keputusan untuk memilih ritel dan keputusan untuk memilih barang dagangan yang akan dibeli.
2.4 PEMAHAMAN LINGKUNGAN PEMASARAN PESAING
            Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Bisnis ritel adalah keseluruhan aktifitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, harga yang tepat, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.
            Sehingga pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara strategi pengembangannya dan memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam mengembangkan bisnis ritel adalah menetapkan sasaran pasar, proses ini di awali dengan menetapkan segmentasi pasar. Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4P:
a.       Product (Produk)
Produk menurut Kotler dan Armstrong (200) adalah segala sesuatu yang di tawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996) “Keunggulan suatu produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri-ciri khas atau keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar.
b.      Price (Harga)
Strategi dalam penetapan harga bias dilakukan dengan beberapa cara, misalnya: Harga building, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and Armstrong: 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu: konsumen, dirinya sendiri dan pesaing. Menurut Ma’ruf (2005). Implementasi strategi harga antara lain:
·         Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang di tetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
·       Penetapan harga ganjil seperti: Rp 99.000,-   Rp 199.000,-   Rp 749.000,-
·         Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang    biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
·        Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per-itemnya.
·         Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c.       Promotion (Promosi)
Menurut philip Kotler (1997: 153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi periklanan (Advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), hubungan masyarakat (Public Relation) dan publisitas (Publicity), promosi penjualan (Sales Promotion) dan pemasaran langsung (Direct marketing) adalah bagian dari rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat di control oleh perusahaan. Menurut Schoell (1993: 424) “Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan menyakinkan.

d.      Place (Tempat/Lokasi)
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikonsumsi (Kotler: 2002). Menurut Losch, lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadapa jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin malas membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produk berada dipasar atau dekat dengan pasar.
           

No comments:

Post a Comment