KLIK gambar untuk menutup Iklan

Sunday, February 26, 2017

Segmenting Reporting, Investment Centre Evaluation and Transfer Pricing



MATERI POKOK :
Segmenting Reporting, Investment Centre Evaluation and Transfer Pricing

1.      Desentralisasi Pusat Pertanggungjawaban (Responsibillity Accounting)
Sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibillity accounting system) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil setiap pusat pertanggungjawaban: menurut inforrnasi yang dibuat manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Idea sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struk dari sebuah organisasi.
Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan yang rumit dan beragam tersentralisasi atau terdesentralisasi.
Pada pengambilan putusan tersentralisasi (centralized decision making), berbagai keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajer pada jenjang yang lebih rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan tersebut. Di lain pihak, pengambilan keputusan tersentralisasi (decentralized decision making) memperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka. Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Tampilan dibawah ini mengilustrasikan perbedaan antara perusahaan tersentralisasi dan terdesentralisasi.



2.      Pusat pertanggungjawaban (Responsibility Center)
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Hasil-hasil dari setiap pusat pertanggungjawaban bisa diukur berdasarkan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Berikut jenis utama pusat pertanggungjawaban.
1)        Pusat biaya (cost center)—manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
2)        Pusat pendapatan (revenue center)—manajernya bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.
3)        Pusat laba (profit center)—manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan dan biaya.
4)        Pusat investasi (investment center)—manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan, biaya, dan investasi modal.

3.      Alasan Entitas Melakukan Desentralisasi
Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi Lokal. Kualitas dari berbagai/ keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia. Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi di pasar dan area yang berbeda, manajemen pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal. Akan tetapi, para manajer tingkat rendah yang berhubungan dengan kondisi operasional langsung (seperti kekuatan dan sifat persaingan lokal, sifat tenaga kerja lokal, dan seterusnya) memiliki akses terhadap informasi ini. Akibatnya, mereka sering berada dalam suatu po'sisi yang lebih baik untuk membuat keputusan lokal.
Memfokuskan Manajemen Pusat. Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat daripada operasional sehari-hari.
Melatih dan Memotivasi Para Manajer. Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan posisi manajer jenjang lebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang yang lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah manajer yang bisa dipromosikan.
Meningkatkan Daya Saing. Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan mampu menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya. Perusahaan-perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk meningkat kinerja sebuah divisi atau pabrik adalah memperkenalkannya lebih jauh pada kekuatan-kekuatan pasar.

4.      Perbedaan Antara Perhitungan Biaya Absorsi dan Variabel dan Menyiapkan Laporan Laba Rugi Segmen
Pengukuran Kinerja Pusat Inverstasi dengan Menggunakan Laporan Laba Rugi Variabel dan Absorsi
Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel (variable costing) yang juga disebut perhitungan biaya langsung (direct costing), hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk; biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Dasar pemikiran dalam hal ini adalah overhead tetap merupakan biaya kapasitas atau tetap ada dalam bisnis. Setelah periodenya berlalu, setiap manfaat yang diberikan oleh kapasitas akan habis dan tidak boleh diinventarisasi. Menurut perhitungan biaya variabel, overhead tetap dari suatu periode dipandang habis pada akhir periode itu dan dibebankan secara total terhadap pendapatan periode tersebut. Perhitungan biaya variabel juga dikenal sebagai perhitungan biaya langsung. Akan tetapi, tidak semua biaya variabel merupakan biaya produk langsung.
Perhitungan biaya absorsi (absortion costing) membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorsi, overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Menurut metode ini, overhead tetap dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan terlebih dulu dan tidak dibebankan sampai produk terjual. Dengan kata lain, overhead tetap adalah biaya yang dapat diinventarisasi. Tampilan berikut mengilustrasikan klasifikasi biaya-biaya sebagai biaya produk atau periode menurut perhitungan biaya variabel dan absorsi.


Perhitungan Biaya Absorsi
Perhitungan Biaya
Variabel
Biaya Produk
Bahan baku langsung Tenaga kerja langsung Overhead variabel Overhead tetap

Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung Overhead variabel

Biaya Periode
Beban penjualan
Beban administrasi

Overhead tetap
Beban penjualan
Beban administrasi

Tampilan: Klasifikasi Biaya Sebagai Biaya Produk atau Periode Menurut Perhitungan Biaya Variabel Dan Absorsi

Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorsi
Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga pokok penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorsi dapat mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang diakui sebagaf beban pada kedua metode.
Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan selisih di antara kedua laba. Perubahan ini dapat dihitung melalui perkalian tarif overhead tetap dengan perubahan total unit persediaan awal dan akhir (yang merupakan selisih antara produksi dan penjualan). Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya absorsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan sebagai berikut.

Laba menurut
perhitungan
biaya absorsi
-
Laba menurut perhitungan    biaya variabel
=
Tarif overhead tetap

x
(Unit diproduksi - Unit terjual)


Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel
Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi segmen karena perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah sub unit dari suatu perusahaan yang cukup penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen, lini produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori: beban tetap langsung (direct fixed expenses) dan beban tetap umum (common fixed expenses).        Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen (lini produk pada contoh ini). Beban ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Sebagai contoh, jika segraen adalah wilayah penjualan, beban tetap langsung untuk setiap wilayah adalah sewa kantor penjualan, gaji manajer penjualan di setiap wilayah, dan seterusnya. Jika salah satu wilayah dihapus, maka beban tetap tersebut akan hilang.
Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika salah satu segmen dihapus. Sebagai contoh, depresiasi gedung kantor pusat, gaji CEO, dan biaya untuk mencetak dan mendistribusikan laporan tahunan kepada para pemegang saham adalah beban tetap umum bagi Walt Disney Company. Jika Walt Disney Company akan menjual sebuah taman tematis atau membuka yang baru, maka beban tetap tersebut tidak akan terpengaruh.
Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variabel memiliki satu keistimewaan di samping laporan laba rugi perhitungan biaya variabel yang telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluriih beban tetap dalam dua kategori: beban tetap langsung dan beban tetap umum, memberikan informasi tambahan bagi manajer. Pembagian tambahan ini menggarisbawahi biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan dan meningkatkan kemampuan manajer untuk mengevaluasi setiap kontribusi segmen terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.

5.      Return On Investement (ROI), Residual Income (RI), Economic Value Added (EVA)
Return On Investement (ROI)
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan menghitung pengembalian atas investasi (return on investementROI), yaitu laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut.

ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi Rata-Rata

Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.

Aktiva Operasi Rata-Rata = (Nilai Buku Bersih Awal + Nilai Buku Bersih Akhir)/ 2

Cara kedua untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/ Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.

ROI    = Margin x Perputaran Laba operasi

        
Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI.
1)      ROT mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
2)      ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.
3)      ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.
Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit. Berikut dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan.
1)      ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2)      ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

Residual Income (RI)
Untuk mengatasi kecenderungan ROI untuk menghalangi investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, tetapi menurunkan ROI divisi, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value addedEVA) adalah cara alternatif untuk menghitung laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.

Laba Residu
=
Laba operasi
-
(Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)

Keunggulan Laba Residu karena akan menurunkan ROI divisi. Namun, keputusan tersebut membebani laba perusahaan. Penggunaan laba residu sebagai ukuran kinerja akan mencegah kerugian ini.
Kelemahan Laba Residu, seperti halnya ROI, bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.

Economic Value Added (EVA)
Nilai tambah ekonomi (economic value addedEVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya, EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan perusahaan karena alasan lainnya). Jika EVA positif, maka perusahaan sedang menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan sedang menyia-nyiakan modal.
Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar, bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan tingkat pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (pengembalian) dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya aktual dari modal.
Menghitung EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut.

EVA
=
Laba operasi setelah pajak
-
Persentase biaya modal aktual
x
Total modal
yang dipakai

Sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi. Alasan yang mendasarinya adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya. Di banyak perusahaan, tanggung jawab keputusan investasi terletak pada manajemen perusahaan. Akibatnya, biaya modal diperhitungkah sebagai pengeluaran perusahaan.

6.      Metode Evaluasi Kinerja Manajer
Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial.
Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja manajerial, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini.
1)      Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2)      Ketika pendapatan penj ualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3)      Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode berikutnya, sementara faktor-faktor lannya tetap, maka laba akan tetap tidak berubah.

7.      Peranan Transfer Pricing
Ketika divisi-divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price). Dengan kata lain, harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli di perusahana yang sama. Penetapan harga transfer adalah masalah yang rumit.

8.      Metode Penentuan Harga Transfer
 Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar diyisi pembeli. Harga-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal. Berikut harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi.
1)        Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar. Hal ini terkadang disebut “batas bawah (floor) dari rentang penawaran.
2)        Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk—jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. Hal ini terkadang disebut “batas atas (ceiling) dari rentang penawaran.
Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.
·            Harga Pasar. Harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga transfer. Karena divisi penjual mampu menjual produknya pada harga pasar, transfer internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi tersebut merugi. Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar mungkin juga tidak akan bersedia membayar lebih tinggi dari harga pasar untuk barang yang ditransfer secara internal.
·            Harga Transfer Berdasarkan Biaya. Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Sebagai contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan kepadatan tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar tidak memproduksi matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah menetapkan kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka Divisi Matras akan membebankan biaya penuh dari matras tersebut. (Ingat kembali bahwa biaya penuh mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.) Anggaplah biaya penuh dari matras adalah sebagai berikut.
·            Harga Transfer yang Dinegosiasikan. Akhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.

No comments:

Post a Comment