Indikator Distribusi Pendapatan
1.
Distribusi
Ukuran (Distribusi Pendapatan Perorangan)
Distribusi
ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterima masing-masing orang.Distribusi
pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau
distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan
indikator yang paling sering digunakan oleh para ekonom.Untuk mengukur kondisi
ekonomi seseorang, ada dua konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu
pendapatan dan kekayaan.
Pendapatan
menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).Pendapatan terdiri dari
upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa,
bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah
seperti tunjangan sosial, atau asuransi pengangguran.
Kekayaan terdiri dari nilai nominal
neto aset yang dimiliki pada waktu tertentu.Kekayaan rumah tangga meliputi
harta yang nampak atau nyata seperti rumah, mobil, tanah dan barang konsumsi
tahan lama lainnya dan aset keuangan seperti uang tunai, tabungan, obligasi,
dan saham.Seluruh item yang mempunyai nilai disebut aktiva sedang item yang
dipinjam disebut kewajiban (liabilities). Perbedaan antara total aktiva dan
utang disebut kekayaan atau net worth.
Kurva Lorenz
Metode
lain yang biasanya dipakai untuk menganalisis statistic pendapatan perorangan
adalah dengan menggunakan Kurva Lorenz (Lorenz Curve). Jumlah penerimaan pendapatan dinyatakan
pada sumbu horizontal, tidak dalam arti absolut melainkan dalam persentase
komulatif.
Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
Perangkat yang terakhir
dan sangat mudah digunakan untuk mengukur derajat ketimpangan pendapatan
relatif di satu negara, adalah dengan menghitung rasio bidang terletak di
antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh segiempat di
mana kurva Lorenz berada.
Koefisien gini adalah
ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat
ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan untuk
negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar
antara0,20 hingga 0,35.
Kemiskinan
: Data dan Kebijakan ( Yoga Anggara )
Pengertian Kemiskinan
Merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memperbaiki
keadaan. kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas dengan menambahkan faktor
faktor lain seperti faktor sosial dan moral. Secara konvensional, kemiskinan
dapat diartikan sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang berada di
bawah garis tertentu. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam,
tergantung dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik
dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem yang
diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat
lemah dan tereksploitas(kemiskinan struktural). Pada umumnya kemiskinan
diidentikkan dengan ketidakmampuan seorang individu untuk memenuhhi standart
minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Pembahasan ini dimaksud
dengan kemiskinan material. Definisi kemiskinan mengalami perkembangan sesuai
dengan penyebabnya yaitu pada awal tahun 1990. Definisi diperluas tidak hanya
berdasarkan pada tingkat pendapatan, tetapi juga mencakup ketidakmampuan
dibidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Pendekatan kebutuhan dasar,
melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga dan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, seperti sandang, papan, kesehatan,
pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
Kemiskinan juga dapat didefinisikan menurut dua pendekatan. Kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dengan suatu standart
tertentu, sementara kemiskinan relatif
bersifat kondisional, biasanya membandingkan pendapatan sekelompok orang
dengan pendapatan kelompok lain. Sedang kemiskinan absolut adalah sejumlah
penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Mereka hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimum
tertentu- atau mereka berada di bawah garis kemiskinan internasional.
Kemiskinan menurut Edi Suharto dalam Abdul Hakim (2002:219) adalah
ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Basis
kekuasaan sosial meliputi:
Sumber keuangan (mata pencaharian, kredit, modal)
Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, kesehatan, alat produksi)
Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
Organisasi sosial dan politik yang digunakan untuk mencapai kepentingan
bersama.
Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
Pengetahuan dan keterampilan.
Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah
masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada, berkembang
sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam
kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga
seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi.
Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan
kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar
(Sudibyo, 1995:11). Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan,
karena masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan.
Substansi kesenjangan adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya
ekonomi. Sudibyo (1995:11) mengatakan bahwa “apabila berbicara mengenai
kemiskinan maka kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan penilaian terhadap
kesenjangan digunakan secara relatif”. Dalam suatu masyarakat mungkin tidak ada
yang miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat tersebut.
Sebagian besar dari penduduk miskin ini tinggal diperdesaan dengan mata pencaharian
pokok dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat
hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional tersebut. Kehidupan mereka
bergantung pada pola pertanian yang subsistem, baik petani kecil atau pun buruh
tani yang berpenghasilan rendah, ataupun bekerja dalam sektor jasa
kecil-kecilan dan berpenghasilan pas-pasan. Fenomena banyaknya urbanisasi
penduduk desa ke kota menunjukkan bahwa adanya ketidakmerataan pembangunan di
perdesaan. Terbatasnya fasilitas umum, kecilnya pendapatan, dan terbatasnya
pekerjaan dan dalih mencari kehidupan lebih baik menjadi alasan urbanisasi ini.
Permasalahan tersebut menyiratkan adanya ketidakmerataan dan kesenjangan antara
perdesaan dan perkotaan.
Kebijakan Kemiskinan :
Kebijakan Anti Kemiskinan
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai
salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia, seperti
Bank Dunia, ADB,ILO, UNDP, dan lain sebagainya. Tahun 1990, Bank Dunia lewat
laporannya World Developent Report on Proverty mendeklarasikan bahwa suatu
peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak
pada tiga front :
· Pertumbuhan ekonomi yang luas
dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja danpendapatan bagi kelompok
miskin,
· Pengembangan SDM (pendidikan,
kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi,
· Membuat suatu jaringan pengaman
sosial untuk mereka yang diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mamu
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik
sosial, dan terisolasi secara fisik.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan
intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan
perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
1. Intervensi jangka pendek, berupa :
- Pembangunan/penguatan sektor usaha
Kerjsama regional
- Manajemen pengeluaran pemerintah
(APBN) dan administrasi
- Desentralisasi
- Pendidikan dan kesehatan
- Penyediaan air bersih dan
pembangunan perkotaan
- Pembagian tanah pertanian yang
merat
2. Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3. Manajemen lingkungan dan SDA
4. Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
5. Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
6. Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)
Salah satu contoh kebijakan Anti Kemiskinan pemerintah:
PAKET INSENTIF 1 OKTOBER 2005
Paket Insentif 1 Oktober
2005 merupakan bagian integral dan implementasi serta tindak lanjut dari Paket
Kebijakan 31 Agustus 2005 yang telah disampaikan oleh Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono. Paket ini juga didisain dalam kerangka reformasi ekonomi untuk
memperkuat fondasi perekonomian dan mempertahankan momentum percepatan laju
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan daya saing dan menggairahkan investasi
dalam rangka penciptaan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.
No comments:
Post a Comment