LUAS PENGUJIAN
Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian
atas pengendalian dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam
perencanaan. Semakin rendah risiko pengendalian maka akan semakin luas
pengujian atas pengendalian yang harus dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan,
semakin banyak bukti yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan
dan perosedur pengendalian. Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung
oleh tingkat risiko pengendalian yang
telah ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor. Semakin rendah tingkat risiko
pengendalian yang di tetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus
dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya,
auditor harus memastikan tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan
operasi berbagai kebijakan dan prosedur
pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut
mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti
yang diperoleh dari pengujian pengendalian :
1.
Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian
pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan dokumen dan laporan, pengamatan,
pelaksanaan ulang dari pengendalian atau teknik audit yang dibantu oleh
computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor memilih prosedur yang akan
menyediakan bukti yang paling dapat diandalkan mengenai efektifitas
pengendalian.
2.
Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian
pengendalian berhubungan dengan bagaimana auditor memperoleh bukti baik yang
secara langsung seperti melalui pengamatan, memberikan keyakinan yang lebih
besar dari pada bukti yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
penarikan kesimpulan.
3.
Ketepatan Waktu Bukti
Ketepatan waktu bukti untuk
pengujian pengendalian berhubungan dengan kapan bukti diperoleh dan bagian dari
periode audit dimana bukti diterapkan, seperti pengamatan yang berkenaan dengan
titik waktu dimana bukti diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan tidak cukup
hanya untuk mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses
audit mengenai rancangan dan pengoperasian yang efektif dapat dipertimbangkan
oleh auditor dalam menilai resiko
pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang
diperoleh dalam audit seharusnya mempertimbangkan :
§ Signifikansi dari asersi yang terlibat
§ Pengendalian tertentu yang dievaluasi selama audit
§ Tingkat evaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif
dari pengendalian tersebut
§ Hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk
pengevaluasian tersebut
§ Bukti mengenai rancanagan atau pengoperasian yang data
dihasilakan dari pengujian substantive yang dilaksanakan dalam audit.
4.
Keberadaan Bukti Lain
Auditor seharusnya mempertimbangkan
keberadaan bukti lain dari pengujian pengendalian, dan dampak kombiansi dari
berbagai bukti yang berhubungan dengan asersi yang sama, dalam mengevaluasi
tingakat keyakinan yang disediakan oleh pengujian pengendalian. Dalam beberapa
situasi, bukti tunggal mungkin tidaka akan cukup untuk mengevaluasi rancangan
atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian. Seperti yang telah
dinyatakan sebelumnya, hanya dengan mengajukan pertanyaan biasanya auditor
tidak akan menghasilkan bukti yang cukup untuk mendukung suatu kesimpulan
mengenai pengoperasian yang efektif dari pengendalian intern. Alternatif lain,
auditor mungkin mengamati bahwa seorang programmer computer tidak memiliki
akses untuk mengoperasikan computer.
A.
Pengujian
analitik(prosedur analitik)
Menurut PSA
22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan
dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan
oleh auditor. Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama
penugasan audit berlangsung yakni saat perencanaan, pengujian dan penyelesaian
audit.
Prosedur
analitis pada tahap perencanaan bertujuan:
a) Memahami kegiatan entitas yang diaudit
Umumnya
auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan yang
diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun
berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis, perubahan yang terjadi dapat
diamati dari perbandingan informasi tahun berjalan (yang belum diaudit) dengan
informasi tahun sebelumnya yang telah diaudit. Perubahan tersebut dapat
mencerminkan kecenderungan yang penting atau kejadian spesifik. Contohnya
menurunnya persentase marjin kotor selama beberapa waktu dapat mengindikasikan
inefisiensi kinerja perusahaan.
b) Menunjukkan kemungkinan salah saji
Perbedaan
yang tidak diharapkan (fluktuasi yang tidak biasa) antara data keuangan tahun
berjalan yang belum diaudit dengan data keuangan yang dijadikan pembanding
dapat mengindikasikan adanya salah saji atau ketidakberesan akuntansi.
Fluktuasi yang tidak biasa terjadi jika diperkirakan tidak ada perbedaan tetapi
kenyataannya terjadi perbedaan, atau bila diperkirakan terjadi perbedaan, yang
ternyata tidak terjadi. Aspek prosedur analitis ini sering disebut “arahan
perhatian” karena prosedur ini menghasilkan prosedur yang lebih rinci dalam
bidang audit khusus di mana terdapat kemungkinan ditemukannya salah saji.
c) Mengurangi pengujian terinci
Jika
prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka
implikasinya adalah adanya kemungkinan salah saji material telah
diminimalisasikan. Dengan kata lain, pos tersebut tidak memerlukan pengujian
rinci, prosedur audit tertentu dapat dihilangkan, sampel dapat dikurangi, atau
pelaksanaan prosedur audit pada pos tersebut dapat dilaksanakan sesudah tanggal
neraca. Prosedur analitis lebih sering digunakan pada audit keuangan karena
data keuangan yang menjadi analisis dalam audit keuangan memiliki hubungan dan
kecenderungan antar berbagai data dari berbagai akun-akun pencatatan. Walaupun
demikian, prosedur analitis juga dapat digunakan pada audit-audit lain terutama
bila data yang digunakan adalah data-data kuantitatif. Kecenderungan (trend)
tingkat kematian bayi, misalnya, dapat digunakan dalam prosedur analitis
pemeriksaan kinerja efektivitas Program Imunisasi Nasional.
Auditor
umumnya melakukan beberapa langkah berikut untuk mencapai tujuan-tujuan
prosedur analitis awal, yaitu:
a)
Membandingkan angka-angka pada tahun berjalan dengan angka-angka pada tahun
lalu, baik data keuangan maupun data kuantitatif nonkeuangan.
b)
Mengidentifikasi fluktuasi-fluktuasi atau kecenderungan-kecenderungan yang
tidak biasa.
c)
Mengevaluasi kemungkinan faktor-faktor penyebab terjadinya fluktuasi-fluktuasi.
Prosedur
analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan pada
bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat
diterima sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis
sesuai dengan yang diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
tinggi, maka tidak perlu dilakukan pengujian terinci.
Prosedur
analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-hubungan (korelasi) untuk
memperkirakan apakah saldo akun atau data yang lain telah disajikan dengan
layak. Contoh dari prosedur analitis adalah membandingkan persentase gross margin
pada tahun ini dengan tahun yang lalu. Prosedur analitis digunakan secara
luas dalam praktik dan kegunaanya meningkat sejak adanya komputer yang membantu
melakukan penghitungan-penghitungan ini.
Dalam
audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat
penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu
perencanaan, pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit. Menurut Arens
dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan
keuangan adalah:
a)
Memahami sifat industri dan usaha auditan.
Auditor
harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan sebagai
bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di mana
informasi laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi
laporan keuangan tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat
teridentifikasi. Perubahan-perubahan ini dapat mewakili
kecenderungan-kecenderungan yang penting atau kejadian-kejadian tertentu dimana
semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh penambahan saldo
dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang harus
diperiksa.
b)
Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern)
Prosedur
analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah
keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam
memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi
kombinasi antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan
kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan
total aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi.
Hal ini bukan hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi
modifikasi laporan audit jika prosedur analitis ini dilakukan pada tahap
penyelesaian.
c)
Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
Perbedaan
yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain yang
digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual
fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan
signifikan yang seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau
perbedaan yang seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu
alasan yang mungkin untuk fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan
pencatatan akuntansi. Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi
dalam jumlah besar, auditor harus menemukan alasan sehingga mendapatkan
keyakinan bahwa penyebabnya adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena
adanya salah saji.
d)
Mengurangi pengujian terinci.
Ketika
prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka
kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini,
prosedur analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian
secara layak atas akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan
pengujian terinci yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain
beberapa prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat
dikurangi, atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih
jauh dari tanggal neraca.
Lebih
lanjut Konrath menjelaskan bahwa jenis-jenis penerapan prosedur analitis
antara lain adalah:
Analisis Horizontal (trend analysis)
Analisis
kecenderungan mensyaratkan auditor untuk memeriksa perubahan-perubahan dalam
data sepanjang waktu. Premis yang mendasari analisa ini adalah bahwa
kecenderungan di masa lalu mungkin diharapkan berlanjut di masa yang akan
datang kecuali terjadi perubahan- perubahan keadaan yang material. Sebagai
contoh, auditor dapat mengamati perubahan dalam belanja dan pendapatan selama
periode tertentu atau mungkin mengamati perubahan dalam bentuk
hubungan-hubungan. Contoh analisis kecenderungan yang lain adalah penerapan
analisis regresi untuk memprediksikan komponen belanja dan pendapatan
berdasarkan hubungan-hubungan yang diamati.
Aplikasi
dari analisis kecenderungan adalah dengan membandingkan unsur-unsur utama dalam
laporan keuangan yang diaudit dengan laporan keuangan tahun sebelumnya dan
menyelidiki perubahan yang signifikan. Contoh yang lain dari analisis kecenderungan
adalah auditor membandingkan sumber-sumber pendapatan dan belanja dan
menyelidiki sumber-sumber baru atau sumber-sumber lama yang dihapuskan.
Analisis vertikal (Common-size analysis)
Laporan
keuangan dengan ukuran yang biasa menyajikan semua unsur laporan keuangan dalam
bentuk persentase terhadap sebuah dasar yang biasa (common base).
Sebagai contoh dalam laporan keuangan semua aktiva dapat disajikan dalam
persentase terhadap total aktiva. Contoh analisis vertical adalah setelah
menyusun beberapa paket laporan keuangan dengan ukuran
yang
biasa, auditor mencoba menyusun perkiraan auditor dengan menganalisa
hubungan-hubungan antar data dalam periode audit. Contoh yang lain dari
analisis vertikal adalah auditor dapat memeriksa laporan kinerja dan menyelidiki
varian yang signifikan dari anggaran.
Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis
rasio membandingkan hubungan-hubungan antara saldo akun. Meskipun analisa ini
lebih berguna ketika membandingkan auditan dengan organisasi lain, auditor
harus juga mengamati perubahan dalam rasio untuk suatu kurun waktu tertentu.
Berkaitan dengan jenis-jenis penerapan prosedur analitis, Arens dan Loebbecke
mengemukakan bahwa prosedur analitis terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu:
a)
Membandingkan data auditan dengan data industri di mana auditan beroperasi;
b)
Membandingkan data auditan dengan data periode laporan yang sama;
c)
Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditan;
d)
Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditor; dan
e)
Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan, dengan menggunakan
data nonkeuangan.
Prosedur
analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlah-jumlah yang dicatat
dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur
analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan utama
prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun
adalah (1) mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan dan (2) mengurangi pengujian terinci atas saldo. Ada perbedaan
mendasar dalam prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap perencanaan dan
prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap pengujian. Pada tahap perencanaan,
auditor mungkin menghitung rasio dengan menggunakan data interim. Sedangkan
pada tahap pengujian saldo akhir, auditor akan menghitung kembali rasio itu
dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor percaya bahwa prosedur
analitis yang dilakukan mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji, maka
prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau auditor memutuskan untuk
memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Ketika auditor menyusun
jumlah-jumlah yang diharapkan dengan menggunakan prosedur analitis dan
menyimpulkan bahwa saldo akhir akun-akun tertentu dalam laporan keuangan
auditan dapat diterima (reasonable), beberapa pengujian terinci atas saldo
dapat dihapuskan atau jumlah sampel dikurangi. Standar auditing menyatakan
bahwa prosedur analitis dapat digunakan sebagai pengujian substantif. Karena
prosedur analitis relatif lebih murah bila dibandingkan dengan
pengujian-pengujian lainnya, banyak auditor melakukan prosedur analitis yang
luas dalam setiap audit.
Seperti
dinyatakan di bagian sebelumnya, prosedur analitis dilakukan dalam 3 (tiga)
tahap yang berbeda dalam audit yaitu: (1) tahap perencanaan untuk membantu
auditor memahami usaha auditan dan menentukan bukti lain yang diperlukan untuk
memenuhi risiko audit yang dapat diterima; (2) selama pelaksanaan audit secara
khusus selama pengujian substantif; (3) pada akhir audit sebagai pengujian
kelayakan yang terakhir. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian
substantif lebih terfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan di tahap
lainnya. Prosedur analitis yang menggunakan saldo bulanan akan lebih efektif
dalam melacak salah saji daripada prosedur analitis yang menggunakan saldo
tahunan, dan perbandingan antara perusahaan yang sama jenis usahanya akan lebih
efektif daripada perbandingan dengan seluruh perusahaan (companywide).
Ketika auditor berencana untuk menggunakan prosedur analitis sebagai bagian
dari pengujian substantif untuk mendapatkan keyakinan, adalah hal yang penting
bahwa data yang digunakan dalam perhitungan adalah data yang cukup dan dapat
diandalkan.
Biasanya, auditor menggunakan jenis
pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis
pengujian mendapatkan penekanan yang lebih dibandingkan dengan yang lain,
bergantung pada kondisi. Ingat kembali bahwa prosedur analitis diharuskan dalam
semua audit untuk menilai resiko salah saji majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya dilakukan untuk menghadapi
resiko yangteridentifikasi untuk memberikan dasar bagi opini auditor. Perlu
dicatat bahwa hanya prosedur penilaian
resiko, khususnya prosedur untuk
mendapatkan pemahaman pengendalian, dan pengujian pengendalian digunakan dalam
audit pengendalian internal laporan keuangan.
Beberapa faktor yang memengaruhi
pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk untuk kesediian
kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektifitas
pengendalian internal serta risiko bawaan. Hanya dua faktoer pertama yang akan
dibahas lebih lanjut karena dua sisanya telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
Ketersediaan jenis bukti prosedur
audit lanjutan.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya
melibatkan beberapa jenis nukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya
). Tabel 11.2 mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan
jenis bukti audit. Kita dapat melakukan
beberapa pengamatan berikut mengenai tabel tersebut
·
Makin banyak jenis audit, yang
jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk menguji peperincian saldo di
bandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.
·
Hanya pengujian terperinci saldo
yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
·
Tanay jawab dengan klien dilakukan
untuk setiap jenis pengujian.
·
Dokumentasi digunakan disetiap jenis
pengujian kecuali prosedur analitis, dengans atu pengecualin. Ketika auditor
memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari penelusuran atas transaksi untuk
mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali
“mengerjakan ulang” pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah
diterapkan.
·
Perhitungan ulang digunakan untuk
memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika melakukan pengujian
subtantif transaksi dan saldo akun ketikan melakukan pengujian atas perincian
saldo.
Biaya-biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang
harus dipilih untuk mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting
untuk dipertimbangkan. Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.
· Prosedur analitis
· Prosedur penilaian resiko, termasuk
prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal.
· Pengujian pengendalian
· Pengujian subtantif transaksi
· Pengujian terperinci saldo
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena
relatif lebih mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan.
Sering kali, informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat
diperoleh hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk
mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit
lainnnya karena auditor dapat denagn mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan
serta melakukan perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian terhadap
sesuatu seperti dokumen yang
mengikhtisarkan kegiatan operasi bisnis dan manajemen klien serta struktur tata
kelolanya relatif lebih mudah dibandingkan dengan pengujian audit lainnya.
Karena pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab,
pengamatan dan pemeriksaaan, biaya relatifnya juag rendah dibandingkan dengan
pengujian subtantif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal
dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada
pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah
berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pnegendalian internal
tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Seringkali auditor dapat melakukan
sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat lunak
audit. Perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian dalam sistem
akuntasni komputerisasi yang secara otomatis
mengesahkan penjualan kepada pelanggan yang ada dengan membandingkan
jumlah penjualan yang diminta dan saldo piutang dagang yang ada dengan batas kredit pelanggan.
Pengujian subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan
dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena
yang sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran.
Namun, dalam lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat
melakukan pengujian subtantif transaksi dengan cepat untuk suatu sampel
transaksi yang besar.
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di
bandingkan dengan jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti
pengiriman konfirmasi dan perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi
untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat
perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.
Biasanya, biaya untuik setiap jenis bukti berbeda dalam
situasi yang berbeda. Sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk
menguji perhitungan persediaan (pengujian subtantif perincian saldo persediaan)
sering kali bergantung pada jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut,
lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.
Hubungan pengujian pengendalian
dengan pengujian subtantif.
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu
pengecualian dalam pengujian
pengendalian hanya mengindentifikasikan kemingkinan salah saji memengaruhi
nilai rupiah dari laporan keuangan,
sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci
saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam
pengujian pengendalian dinamakan deviasi
ujin pengendalian.
Tiga
tingkat kekurangan pengendalian : kekurangan, signnifikan dan kelemahan
material. Auditor sangat mungkin meyakini slaah saji supiah yang material
terjadi dalam laporan keuangan ketika
deviasi ujinpengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan atau kelemahan
material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji
rupiah yang material telah terjadi.
Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas
independen untuk memverifikasi
kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana
setelahnya petugas tersebut harus menuliskan inisial dalam salinan faktur
penjaualan untuk menandai verifikasi telah dilakukan. Salah satu prosedur
pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel
salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi
tersebut. jika tidak ada inisial pada sejumlah besar dokumen, maka auditor
harus mempertimbangkan dampaknya terhadap audit pengendalian internal laporan
keuangan dan menindaklanjutinya dengan melakukan pengujian subtantif untuk
audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan memperluas pengujian
salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan dan jumlah total (
pengujian subtantif transaksi ) atau dengan menambah ukuran sampel untuk
konfirmasi saldo akun piutang dagang ( pengujian subtantif perincian saldo ).
Meskipun pengendalian tidak berjalan dengan efektif, fakutr tersebut mungkin
tetap benar, khususnya jika orang yang awalnya meyiapkan faktur penjualan
tersebut telah melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan kompeten.
Di sisi lain,
jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak memiliki
inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangu pengujian subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo.namun,
beberapa pengerjaan ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap
diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan verifikasi tidak
menuliskan inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur
pengendalain atau melakukkannya dengan asal-asalan.
Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa ppengujian poengerjaan ulang dan
perhitungan ulang, banyak auditor yang melakukannnya sebagai bagian dari pengujian atas pengendalian awal.
Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil dari
pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang di
perlukan.
Hubungan prosedur analitis dan
pengujian subtantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis
hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah
laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan
akun lainnya, atau denagn informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya
peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti
langsung atas saji material tersebut. ketika prosedur analitis tersebut
mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukkan
pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji
rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis
subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya salah saji itu kecil,
pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun dengan saldo yang
kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar dimuka,
auditor sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur
analitis.
Dilema antara pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif
Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan
pengujian subtantif. Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan
menilai resiko pengendalian dibawah maksimum. Jikia mereka melakukannya, mereka
kemudian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat
resiko pengendalian yang dinilai
tersebut dapat dibenarkan.. ( mereka harus selalu melakukan pengujian
pengendalian dalam suatu audit pemgendalian internal laporan keuangan ). Jika
pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko pengendalian, resiko deteksi
yang direncanakan dalam model resiko
audit meningkat, sehingga pengujian direncanakan dapat dikurangi. Figur 11-3
menunjukkan hubungan antara pengujian subtantif dan pengukuran resiko
pengendalian ( termasuk pengujian pengendalian ) Pada beberapa tingkat
efektifitas pengendalian internal yang berbeda.
Bagian yang berwarna pada figur 11-3 merupakan keyakinan maksimum yang didapatkan
dari penilaian resiko penegndalian dan pengujian pengendalian. Pada setiap
titip di sebelah kiri titik A resiko pengendalian yang diukur adalah 1,0 karena
auditor awalnya menilai pengendalain internalnya efektif berdasarkan pada
pelaksaan prosedur penilaian resiko. Setiap titik disebelah kanan titik B ,
meghasilkan tidak adanya pengurangan dalam resiko pengendalian karena KAP telah
menetapkanm penilaian resiko pengendalain yang minimum.Perhatikan pada figur
11-3, tanpa melihat tingkat keyakinan audit yang didapatkan dari pengukuran
resiko pengendalian dan pengujian pengendalian, audit atas laporan keuangan
selalu mengharuskan dilakukannya beberapa prosedur subtantif.karena audit
laporan keuangan dan audit pengendalian
internal laporan keuangan harus diintegrasikan, audit terhadap perusahaan-perusahaan
publik kemungkinan akan diwakili oleh titik B.
Pemahaman auditor tehadap penegndalian internal dilakukan
sebagai suatu bagian dari prosedur pengukuran resiko yang memberikan dasar bagi
penialaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien. Mengasumsikan
bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan pengendalian internal telah efektif
dan pengendalian telah diterapakan, auditor memilih suatu titik pada bagian
yang berwarna di figur 11-3 yang konsisten dengan penialian resiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk
mendukung pengujian pengendalian. Anggaplah auditor beranggapan bahwa
efektifitas pengendalian internal klien berada dititik c. Pengujian
pengendalian di tingkat C1 akan meluas untuk mendukung penilaian resiko
pengendalian yang rendah. Auditor kemudian mungkin memutuskan melalui
pelaksanaan pengujian pengendalain bahwa penilaian resiko pengendalian awal
yang rendah dititik c tidak didukung dan bahwa
pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif. Sehingga auditor
kemudian merivisi penilaian resiko
pengendalian menjadi maksimum(dititik C3) dan keyakinan audit dapat didapatkan
melalui pengujian subtantif. Disetiap titik diantara keduanya, seperti C2,
nerupakan situasi dimana keyakinan audit yang didapatkan dari pengujian
pengendalian kurang dari tingkat maksimum keyakinan yang digambarkan dititik
C1. Jika C2 dipilih, keyakinan audit dari pengujian pengendalian adalah C3-C2
dan dari pengujian subtantif adalah C-C2. Auditor kemungkinan akan memilih C1,
C2 atau C3 berdasarkan biaya relatif pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif.
No comments:
Post a Comment