ANALISIS FAKTOR
Analisis faktor
adalah salah satu analisis interdependence
techniques. Analisis ini digunakan untuk mereduksi/meringkas sejumlah
(banyak) variabel yang bersifat
independen menjadi satu atau beberapa kumpulan variabel yang disebut faktor.
Misalnya seorang
peneliti ingin mengetahui variabel apa
saja yang mempengaruhi para nasabah menabung uangnya di sebuah bank. Untuk itu
dianbil nasabah sebanyak n (n ³ 50) sebagai sampel
acak, yang kemudian diminta pendapatnya (melalui daftar pertanyaan), tentang
beberapa variabel/atribut (yang berupa hasil penelitian, yang mempengaruhi para
nasabah untuk menabung di bank) yaitu: 1) suku bunga, 2) pelayanan teller, 3)
pelayanan satpam, 4) kecepatan pelayanan, 5) keramahan pelayanan, 6) tempat
parker yang luas, 7) parkir yang aman. 8) lokasi bank, 9) image bank, 10) kemudahan
penarikan uang, 11) Kenyamanan ruang tunggu. Dari 11 variabel yang terindentifikasi
tersebut, variabel-variabel yang “mirip” dapat dikelompokkan menjadi satu,
sehingga kesebelas variabel tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok variabel.
Kelompok ini disebut faktor. Misalnya saja hasil analisis faktor menunjukkan
bahwa kesebelas variabel tersebut dapat diringkas/direduksi menjadi tiga faktor
dengan kelompok variabel masing-masing sebagai berikut:
Faktor
1
|
Faktor
2
|
Faktor
3
|
Pelayanan teller
|
Lokasi bank
|
Suku bunga
|
Pelayanan satpam
|
Luas tempat parkir
|
Image bank
|
Kecepatan pelayanan
|
Keamanan tempat parkir
|
Kemudahan penarikan uang
|
Keramahan pelayanan
|
Kenyamanan ruang tunggu
|
|
Salah satu contoh pertanyaan yang berupa
kalimat pernyataan adalah sebagai berikut:
Tempat parkirr Luas
1
5
Sangat
tidak setuju
Sangat setuju
Nasabah (responden) memberi tanda silang (x)
di sembarang tempat pada garis antara
angka 1 dan 5, yang akan di ukur oleh peneliti sebagai jawaban dari
responden (dalam bentuk angka). Jawaban responden dalam bentuk angka inilah yng
akan di olah lebih lanjut.
Secara umum,
tahapan proses analisis faktor adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi Variabel
Variabel yang akan dianalisis dengan analisis
faktor hendaknya berdasarkan teori yang ada atau penelitian terdahulu atau justifikasi penelitian yang telah ada
2)
Menilai variabel yang layak untuk dianalisis dengan analisis faktor
Variabel yang memiliki korelasi yang cukup tinggi satu dengan lainnya cenderung
akan mengelompok, variabel semacam itu layak
dan dapat dianlisis lebih lanjut. Sebaliknya yang korelasinya rendah akan
dikeluarkan dari analisis faktor. Uji yang dapat digunakan untuk mengetahui
kelayakan satu atau beberapa variabel dapat dianalisis lebih lanjut dengan
analisis faktor adalah MSA (measure of
sampling adequacy) atau Barlett’s test. Sejumlah variabel yang memiliki
nilai KMO-MSA lebih besar dari 0,5 layak
diuji dengan analisis faktor, nilai ini dapat dilihat pada Tabel KMO (Kaeser-Meyer-Olkin) and
Bartlett’s Test.
Selanjutnya variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut adalah variabel
yang memiliki nilai MSA lebih besar dari
0,5. Sedangkan variabel yang nilai MSA lebih kecil dari 0,5
dikeluarkan/tidak ikut dianalisis dan pengujian diulang. Jika terdapat beberapa
variabel yang nilai MSA kurang dari 0,5, maka variabel yang nilai MSA-nya
paling kecil terlebih dahulu dikeluarkan. Pengulangan pengujian terus dilakukan
apabila masih terdapat variabel yang nilai MSA-nya lebih kecil dari 0,5.
Pengujian baru dihentikan, bila nilai MSA semua variabel nilainya di atas 0,5.
Nilai masing-masing variabel ini dapat dilihat pada tabel Anti-image Matrices bagian bawah yaitu pada bagian Anti-image Corelation (yaitu
bilangan bertanda”a” yang membentuk
diagonal dari kiri atas ke kanan bawah)
3) Proses reduksi
Beberapa
variabel yang terpilih pada tahap 1 selanjutnya direduksi atau diringkas menjadi
beberapa kelompok variabel yang disebut faktor.
4)
Proses rotasi
Jika terdapat isi faktor yang meragukan yaitu sebuah variabel masih
diragukan kelompoknya apakah masuk pada kelompok satu atau lainnya, perlu
dilakukan proses rotasi. Proses rotasi ini bertujuan untuk memperjelas kedudukan variabel dalam
kelompok variabel (faktor), atau menjadikan faktor satu dengan faktor lainnya
berbeda secara nyata.
5) Menamakan
faktor
Pemberian nama kepada masing-masing faktor
yang terbentuk sifatnya sangat subyektif, namun sebaiknya nama tersebut
mewakili seluruh atau sebagian besar variabel pembentuk faktor. Penamaan faktor
dapat juga digunakan nama variabel pembentuk faktor yang memiliki nilai
(absolut) loading terbesar.
6) Validasi hasil analisis
Untuk mengetahui atau mendeteksi apakah faktor yang telah terbentuk sudah
fit atau tidak, dapat dilihat dari reproduce
correlation. Perbedaan antara korelasi awal dengan reproduce correlation
disebut residu. Jika dalam residu mengandung banyak nilai yang besar,
menunjukkan model faktor tidak fit.
No comments:
Post a Comment