ANALISIS
SEKURITAS DAN MANAJEMEN PORTOFOLIO
STRATEGI INVESTASI
OBLIGASI
1. PENGELOLAAN
PORTOFOLIO OBLIGASI
1.1 Pemahaman
mengenai pasar obligasi
Menurut Eduardus
tendelin (2010;170) Pasar obligasi umumnya akan menarik bila kondisi ekonomi
cenderung menurun. Dalam pertumbuhan ekonomi yang lambat, tingkat bunga akan
cenderung turun dan harga obligasi akan naik.
Dalam kondisi
ekonomi yang mengalami peningkatan inflasi, suku bunga akan cenderung mengalami
peningkatan. Tingkat inflasi nantinya akan mempengaruhi tingkat bunga pasar dan
selanjutnya tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi harga dan yield obligasi.
Pasar obligasi
lebih menguntungkan ketika kondisi ekonomi sedang menurun, karena pasar
obligasi tidak menyukai adanya peningkatan inflasi yang dapat memberikan dampak
negative terhadap nilai rill dari pendapatan tetap yang diperoleh dari
obligasi.
1.2 Struktur
tingkat bunga
Menurut Eduardus
tendelin (2010;170-173) Struktur tingkat bunga adalah hubungan antara waktu
jatuh tempo dengan yield untuk suatu kategori obligasi tertentu pada waktu
tertentu. Semakin lama jangka waktu obligsi, maka resiko ketidakpastian juga
akan semakin tinggi, sehingga tingkat bunga yang diharapkan juga akan saemakin
tinggi.
Ada tiga teori
struktur tingkat bunga yaitu :
1. Teori harapan
Dalam teori ini tingkat bunga obligasi
jangka panjang selama periode akan sama dengan nilai rata-rata bunga jangka
pendek dari obligasi tersebut periode yang sama. Misalnya jika seorang investor
memegang obligasi selama 5 tahun, maka tingkat bunga jangka panjang yang
diharapkan akan sama dengan nilai rata-rata bunga tahunan obligasi tersebut
selama 5 tahun. Dengan demikian struktur tingkat bunga akan melibatkan
penentuan tingkat bunga yang akan diterima kemudian dan tingkat bunga sekarang.
2. Teori preferensi
likuiditas
Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga
akan mencerminkanjumlah tingkat bunga sekarang dan tingkat bunga jangka pendek
yang diharapkan (sama dengan teori harapan) ditambah dengan premi likuiditas
(resiko). Semakin lama waktu jatuh tempo suatu obligasi, semakin besar tingkat
ketidakpastian yang harus dihadapi investor obligasi. Dengan demikian investor
akan lebih menyukai investasi jangka pendek. Sebaliknya perusahaan yang
memerlukan dana, lebih menyukai dana pinjaman jangka panjang.
Perebedaan antara teori perferensi
likuiditas dengan teori harapan adalah ketidakpastian tingkat bunga yang
diharapkan dimasa yang akan datang, forward rate dan estimasi tingkat bunga
adalah dua hal yang berbeda karena adanya perbedaan jumlah premi likuiditas
yang diberikan.
3. Teori Preferensi
habitat
Teori ini menyebutkan bahwa investor
mempunyaipreferensi terhadap sektor maturitas tertentu dan mereka akan beralih
ke maturitas lain jika terdapat imbalan yang memadai. Teori preferensi hampir
sama dengan teori struktur bunga lainnya yaitu teori segmentasi pasar. Perbedaan
teori segmentasi menganggap bahwa investor tidak akan beralih ke sektor
maturitas lain meskipun return yang diperoleh relatif lebih besar. Sebagai
contoh bank-bank komersial akan cenderung menyalurkan dana pinjaman dalam
jangka pendek. Sedangkan perusahaan dan lembaga pengelolaan dana pensiun akan
lebih menyukai invesasi surat-surat berharga dalam jangka panjang.
Yield dari obligasi
Menurut Frank
J.Fabozi (1999;214) yield (hasil serahan) dari invesasi dalam obligasi harus
mencerminkan bunga kupon yang akan dihasilkan ditambah (dikurangi) capital gain
(capital loss) yang akan direalisasikan dari kepemilikan obligasi hingga jatuh
tempo.
Yield to maturity
(hasil serahan pada saat jatuh tempo) adalah ukuran formal yang dipakai secara
luas untuk mengukur tingkat pengembalian obligasi. Seperti yang didefinisikan
yield to maturity dari obligasi memasukkan bunga kupon dan capital gain atau
capital loss, jika obligasi dipegang hingga jatuh tempo. Yield to maturity
didefinisikan sebagai suku bunga yang membuat present value dari arus kas suatu
obligsasi sama dengan harga obligasi.
1.3 Struktur resiko
tingkat bunga
Menurut Eduardus
tendelin (2010;174-175) Struktur resiko tingkat bunga biasanya disebut dengan
yield spread, yang diartikan sebagai hubungan antara yield obligasi dengan
karakteristik tetentu yang dimiliki obligasi, seperti kualitas, callability,
kupon dan mudah tidaknya obligasi diperjualbelikan (marketability). Dengan
demikian, adanya struktur risiko tingkat bunga akan menjelaskan mengapa ada
perbedaan tingkat yield obligasi dari emiten yang berbeda-beda. Besarnya yield
spread dipengaruhi faktor-faktor berikut ini :
1. Perbedaan kualitas.
Untuk mengetahui kualitas obligasi, kita bisa melihat rating kualitas obligasi yang
disusun berdasarkan besarnya resiko kegagalan pembayaran (risk of default).
2. Perbedaan dalam
bentuk call provision. Obligasi yang callable akan memberikan YTM yang lebih
tinggi dari obligasi moncallable.
3. Perbedaan tingkat
kupon yang diberikan. Obligasi yang memberikan kupon yang relatif lebih kecil akan
cenderung memberikan return berbentuk capital gain yang lebih besar.
4. Perbedaan kemudahan
diperdagangkan. Ada beberapa obligasiyang dianggap lebih mudah diperdagangkan
dibandingkan dengan obligasi lain sehingga obligasi tersebut mempunyai
likuiditas yang relatif lebih baik.
2 STRATEGI
PENGELOLAAN OBLIGASI
Menurut Eduardus
tendelin (2010;176) Dalam pengelolaan portofolio obligasi ada tiga pendekatan,
yaitu pasif, aktif dan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut atau strategi
imunisasi. Pemilihan strategi yang akan digunakan sangat tegantung kepada
preferensi risiko, pengetahuan tentang pasar obligasi dan tujuan dari investasi
yang ingin dicapai oleh investor.
2.1 Strategi
Pengelolaan pasif
Menurut William
F.sharpe (1997;1) Metode yang termasuk kategori pasif berdasar pada asumsi
bahwa pasar obligasi berbentuk efisiensi semi kuat –
jadi harga obligasi
sekarang, dipandang merefleksikan semua informasi yang tersedia untuk publik
secara kuat. Jadi obligasi dirasakan memiliki nilai yang layak di pasar,
memberikan return (hasil) yang setaraf dengan risiko yang terlibat. Sebagai
tambahan kepercayaan bahwa obligasi individu tidak salah dihargai (mispriced),
investor pasif juga percaya bahwa usaha untuk meramalkan tingkat bunga , secara
umum tidak berguna.
Menurut Eduardus
tendelin (2010;176-177) Strategi pasif didasari pemikiran bahwa pasar dalam
kondisi yang efisien, sehingga harga-harga sekuritas di pasar sudah ditentukan
secara tepat sesuai dengan nilai instrinsiknya. Investor yang menganut strategi
pasif, tidak secara aktif mencari kemungkinan-kemungkinan strategi perdagangan
tertentu yang bisa menghasilkan return abnormal. Oleh karena strategi pasif
didasari oleh asumsi bahwa harga obligasi sudah ditentukan secara fair maka
strategi pasif menggunkan informasi-informasi yang ada sekarang, bukan
informasi-informasi yang bersifat estimasi.
Strategi yang
termasuk pendekatan pasif dalam pengelolaan portofolio obligasi adalah strategi
beli dan simpan dan strategi mengikuti indeks (indexing) pasar.
1. Beli dan simpan.
Investor yang mengikuti strategi beli dan simpan, berarti ia berniat untuk tidak aktif
melakukan perdagangan. Investor tersebut secara hati-hati memilih obligasi yang
akan dibentuk dalam portofolionya dan investor tidak berusaha memperdagangkan
obligasi tersebut untuk mendapatkan return yang lebih tinggi, sehingga factor
penting dalam strategi beli dan simpan adalah pemilihan obligasi yang sesuai
dengan kebutuhan investor.
2. Mengikuti indeks
pasar. Investor tidak akan mampu memperoleh keuntungan abnormal karena harga
obligasi sudah mencerminkan semua informasi yang ada. Kondisi tersebut
menyebabkan tidak ada satupun investor mampu mendapatkan return yang lebih
besar dari return pasar, sehingga investor akan membentuk porofolio yang sesuai
dengan kinerja pasar.
2.2.2 Strategi
Immunoassay
Menurut Eduardus
tendelin (2010;177-178) Strategi imunisasi adalah strategi yang berusaha untuk
melindungi portofolio terhadap risiko tingkat bunga dengan cara saling
meniadakan pengaruh dua komponen risiko tingkat bunga, yaitu risiko harga dan
risiko reinvestasi. Risiko harga merupakan risiko yang berasal dari hubungan
yang terbalik antara harga obligasi dengan tingkat bunga. Artinya semakin
rendah tingkat bunga maka harga obligasi akan semakin tinggi. Sedangkan risiko
reinvestasi merupakan risiko yang berasal dari ketidakpastian mengenai tingkat
investasi terhadap kupon yang akan diterima dimasa yang akan datang.
Investasi obligasi
dapat diimunisasi dengan cara menyamakan durasi obligasi dengan horizon
investasi. Horizon investasi adalah lamanya waktu yang diinginkan investor
untuk tetap mempertahankan investasi obligasinya.
Ada beberapa
variasi strategi imunisasi antara lain strategi durasi dan strategi manuritas.
Perbedaan kedua strategi tersebut terletak pada waktu manuritasnya. Strategi
manuritas akan berusaha menyamakan waktu manuritas dengan horizon investasi. Sedangkan
strategi durasi tidak memperhatikan waktu manuritas tetapi hanya akan berusaha
menyamakan durasi dengan horizon investasi. Kedua strategi tersebut sering disebut
dengan strategi penyesuaian horizon.
Menurut william
F.Sharpe (1997 ; 12) Imunisasi dilakukan dengan menghitung durasi arus keluar
yang dijanjikan dan kemudian menginvestasikan portofolio obligasi yang
memiliki durasi yang sama. Dalam melakukan hal tersebut, teknik ini
memanfaatkan pengamatan bahwa durasi portofolio obligasi sama dengan rata-rata
tertimbang durasi obligasi individu di portofolio.
Masalah dengan imunisasi yaitu :
1. Risiko default dan
call yaitu imunisasi didasarkan pada asumsi bahwa obligasi tidak akan default
dan di call sebelum jatuh tempo jadi obligasi diasumsikan bebas risiko call dan
default. Konsekuensinya, jika obligasi portofolio menjadi default atau di call,
portofolio tidak akan kebal.
2. Pergeseran tidak
paralel berganda di kurva yield yang tidak horizontal yaitu imunisasi (dan
durasi) juga didasarkan pada asumsi bahwa kurva yield horzontal dan tiap
pergeserannya adalah paralel dan akan terjadi sebelum pembayaran diterima dari
obligasi yang di beli.
3. Penyeimbangan ulang
yaitu merujuk pada penjualan sebagian sekuritas yang dimiliki dan menggantinya
dengan sekuritas lain sehingga durasi portofolio sesuai dengan durasi arus kas
keluar yang dijanjikan.
2.3 Strategi aktif
Menurut William
F.sharpe (1997;1) Metode aktif manajemen portofolio obligasi didasarkan pada
asumsi bahwa pasar obligasi sangat tidak efisien , oleh karena itu memberi
investor peluang untuk memperoleh return di atas rata-rata. Jadi manajemen
aktif didasarkan pada kemampuan manajer portofolio untuk mengidentifikasi
obligasi yang salah dihargai atau menentukan saat yang tepat untuk membeli atau
menjual di pasar obligasi dengan meramalkan tingkat bunga secara akurat.
Menurut Eduardus
tendelin (2010;178-179) Perbedaan antara strategi pasif dan aktif dapat dilihat
dari data yang diperlukan. Jika pada strategi pasif, data yang diperlukan sudah
diketahui pada saat melakukan analisis (tingkat bunga, maturitas, kualitas, dan
YTM) tetapi pada strategi aktif data diperlukan belum diketahui dengan pasti
karena sifatnya masih estimasi.
1. Mengestimasi
perubahan tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi harga
obligasi denga arah terbalik , artinya jika tingkat bunga mengalami kenaikan
maka harga obligasi akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya, jika
terjadi penurunan tingkat bunga maka harga obligasi akan naik.
2. Mengidentifikasi
adanya kesalahan harga pada suatu obligasi. Manajer portofolio obligasi
berusaha menyesuaikan perubahan lingkungan yang terjadi dengan melaksanakan apa
yang disebut dengan bond swaps, yaitu suatu strategi pengelolaan aktif yang
berusaha untuk meningkat tingkat return portofolio obligasi dengan cara
mengidentifikasi adanya kesalahan penetapan harga pada suatu obligasi di pasar.
Oleh karena
perkembangan pasar modal yang sedemikian pesat maka banyak teknik-teknik pengelolaan
portfolio obligasi aktif baru juga bermunculan seperti misalnya interest rate
swaps, yaitu sebuah kontrak antara dua pihak untuk saling menukarkan aliran kas
berdasarkan sekuritas yang bebeda.
DAFTAR PUSTAKA
Tendelilin, Eduardus . 2010. Portofolio
dan Investasi. Kanisius : Jakarta
J.Fabozi,frank. Franco modigliani.
Michael G.Febri . 1999 . Pasar & Lembaga keuangan . salemba empat : Jakarta
F.sharpe,william . Gordon J.Alesander .
Jeffery V.Balley . 1997 . Investasi jilid 2 . Prenhallindo : Jakarta
No comments:
Post a Comment