Kepemimpinan
etis dan keragaman budaya
Konsep Kepemimpinan Etis
Kepemimpinan
etis adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-norma,
dan hal-hal yang baik-baik. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam bersikap dan
bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik. Pada
dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi pedoman untuk menjalankan apa-apa
yang benar dan tidak melakukan apa-apa yang tidak benar. Dengan demikian
menjalankan suatu kehidupan yang beretika diyakini akan membawa kehidupan pada
suatu kondisi yang tidak menimbulkan efek negatif yang merugikan bagi kehidupan
di sekitarnya.
Ditinjau
dari segi evolusi, dimensi etika dapat menjadi faktor kunci keberhasilan suatu
kepemimpinan. Dalam suatu organisasi, kepemimpinan yang dinilai baik apabila
fungsi-fungsi kepemimpinan dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip beretika.
Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja dalam organisasi
lebih nyaman dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik horisontal.
Sebab, pelaku-pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan penuntun
berupa prinsip-prinsip etika yang membatasi gerak bersikap dan bertindak.
Adapun prinsip-prinsip etika
berorganisasi adalah :
1. Menjaga
perasaan orang lain
2. Memecahan
masalah dengan rendah hati
3. Menghindari
pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain
4. Mengutamakan
proses dialogis dalam memecahkan masalah
5. Menanggapi
suatu masalah dengan cepat
6. Dan
sesuai dengan keahlian (competence)
7. Menyadari
kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value)
8. Mengedepankan
sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.
Upaya
menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang
mudah. Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi untuk apa
organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku
organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu
hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan
sebagai dasar bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku
organisasi. Sanksi dapat diberlakukan tanpa harus adanya diskriminasi. Oleh
karena itu setiap organisasi hendaknya mempunyai ´kode etik organisasi´ yang
berfungsi sebagai alat pengendalian atau pengawasan organisasi. Kode etik
organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dapat dijadikan
sebagai pedoman oleh majelis pertimbangan organisasi mengawasi jalannya roda
organisasi.
Kode etik organisasi disusun berdasarkan
pertimbangan beberapa faktor :
1. Peraturan
dan ketentuan yang disepakati
2. Sinergitas
3. Persaingan
yang sehat
4. Competition
is matter of spirit
5. Not
strength
6. Tanggung
jawab atau integritas
7. Hubungan
kerja
8. Aspirasi.
Etika kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi merupakan dimensi yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi keseharian. Tanpa adanya etika kepemimpinan yang efektif dapat mengakibatkan keseimbangan organisasi terganggu. Etika kepemimpinan yang diterapkan oleh pengurus organisasi dalam menjalankan roda organisasi dapat menebarkan nilai tambah (value added) bagi peningkatan karakter diri terutama dalam kekokohan mental dan spiritual.
Etika kepemimpinan organisasi
kemahasiswaan merupakan wahana proses pembentukan jiwa kepemimpinan di kampus,
dan juga bagian dari proses pembelajaran menempa diri menjadi pemimpin handal
di berbagai bidang kehidupan sosial kemasyarakatan.
B.
Keragaman Budaya dalam kepemimpinan
Perilaku
setiap anggota kelompok budaya tergantung pada sejarah orang-orang/individu
dalam kelompok masyarakatnya. Pengalaman telah menunjukkan kegagalan
belajar dari sejarah, dan kesalahan-kesalahan yang diulangi oleh beberapa
generasi dalam waktu lama Akhirnya harus mengikuti seperangkat Norma dan nilai
yang berdasarkan pengalaman dan perkembangan mereka.
Disamping
pengaruh historis dan lingkungan, mentalitas suatu bangsa yang menentukan sifat
dan karakteristik bahasa tertentu akan mempengaruhi luas terhadap perkembangan
visi, misi, kharisma, emosi, perasaan politik, disiplin dan hirarki.
Kepemimpinan
Individual dan Kolektif Organisasi secara otomatis mengisyaratkan kepemimpinan
yang mempunyai wewenang untuk menetapkan suatu peraturan sebagai pedoman
bertindak. Bentuk baru kepemimpinan kolektif di pemerintahan baik pda tingkat
regional dan lokal selama berabad abad.
Aturan
kolektif penduduk mengilhami bentuk dan pola kepemimpinan pada daerah tersebut
yang ditunjukan oleh faktor-faktor yang memimbulkan kepemimpinan dan organisasi
masyarakat seperti :
Adat
istiadat, lingkungan iklim, sejarah, agama, bahasa, filsafat yang mempengaruhi;
fisiologi (penampilan fisik), sukses (perang, perdagangan, pertanian),
Kegagalan (kekeringan, Invasi, Penyakit), yang merupakan reaksi terhadap
kepemimpinan dan Konsep status dan Penggunaan Waktu Menimbulkan Organisasi
(Visi, Misi, Norma, aturan, struktur, energi, wewenang, dan fungsi.) Tujuannya
sebagai kelangsungan hidup menuju kemakmuran (cita-cita).
Organisasi biasanya diciptakan oleh
pemimpin. Apakah kepemimpinan tersebut; otoriter, individual, atau kolektif
yang berfungsi sebagai :
1)
Model fungsi Pengembangan jaringan
(networking) ,
2)
Model fungsi oreantasi tugas.
Cara pemimpin dalam ragam budaya
memahami organisasi antara lain dapat dikenali dengan :
1) Bahasa
dan budaya, dengan membentuk timkerja yang serasi dan padu diperlukan informasi
tentang sejarah dasar daerah tersebut dengan cirri cirri kebudayaannya dan
mempelajari bahasa daerah dalammembangun tim yang kuat dalam organisasi.
2) Kekuatan
non fisik, dimana akal sehat, pendidikan yang baik dan kedewasaan individu,
akademik maupun organisasi yang merupakan sumber daya untukmenghindari perilaku
yang negative sebagai mitra kerja. Tidakhanya mengandalkan kewenangan saja
dalam memimpin organisasi /masyarakat.
3) Mengelola
Tim, karena semakin berkembang tim/organisasi tersebut secara nasional,
international atau global, menyebabkan pengelolaan tim melalui koordinasi yang
berbeda secara terus menerus (sesuai perkembangan). Pembentukan Tim building
menjadi bahasan dalamm kajian manejemen.
4) Latihan
pembentukan tim, melalui banyak cara latihan yang pembentukan tim (team
building excercises), organisasi bersifat multi nasional, disekolah sekolah
bisnis yang mementingkan kerjasama tim dalam menelaah kasus seperti berkemah
atau out bound (belajar diluar ruangan/alam terbuka).
Menjembatani
Kesenjangan Komunikasi. Yaitu melalui Komunikasi baik secara langsung maupun
tidak langsung (media) terdapat dialek atau pemahaman yang berbeda menyebabkan
terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi tersebut. Untuk perlu dipahami hal
hal yaitu :
1)
Bahasa
Kesenjangan
Komunikasi, menyangkut aspek; linguistic, praktis dan budaya. Masalah praktis
biasanya paling mudah dipecahkan oleh pemimpin bagaimana harus berprilaku di
suatu daerah.
Penyesuaian
pola pikir, sebagai upaya pemimpin dalam menagdakan pertemuan yang yang menarik
dan tidak membosankan sampai menghasilkan keputusan yang disepakati secara
santai atau bermain dalam kelompok masyarakat, seperti main golf atau sambil
makan malam, sarana hiburan rakyat dll.
Nilai
dan Citra diri, dengan beraneka ragamnya budaya budaya dalam masyarakat kita.
Maka pimpinan harus melihat dalam kacamatan budaya keragaman terebut. Termasuk
disini nilai nilai dan tradisi serta keagamaan dan ritual ritual kelompok
budaya. Citra merupakan bagian persepsi nilai untuk melihat diri mereka melalui
kacamata budaya dan kebiasaa serta adapt istiasat mereka.
Etika,
orang orang memandang keputusan sejak diputuskan merupakan perjanjian lisan
yang dirumuskan menjadi dokumen tertulis yang legal. Secara etis orang terikat
pada keputusan yang dibuatnya.
B.1
Keragaman Sebagai Kekuatan.
Keanekaragaman;
ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan, bahasa daerah dan lainnya di Indonesia
yang tumbuh dan berkembang sebagai nilai-nilai yang mengakar dalam kelompok
kelompok masyarakatadalah sebagai kekuatan. Apabila dikelola dengan baik
untuk menimbulkan kekuatan bangsa yang besar. Bagi pemimpin aspek inilah
merupakan peluang dalam memainkan pola kepemimpinan yang bagaimana harus
dilakukan dalam menghadapi masyarakat tertentu.
Selanjutnya
keragaman tersebut akan menumbuhkan keterikatan keterikatan akan
bidang; hukum, aturan atau dogma dogma agama yang dianut masyarakat. Karena itu
seorang pemimpin perlu memahami kondisi tersebut dalam memimpin masyarakat
tertentu. Disamping munculnya konflik konflik kepentingan antar kelompok
tersebut dengan pembinaan rasa kesatuan bangsa (nation building) harus
diutamakan dalam memimpin kelompok masyarakat dan masyarakat bangsa.
B.2
Keragaman Sebagai Kelemahan.
Keanekaragaman
atau kemajmukan; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan dll,
apabila tidak dapat dibina dalam satu kesatuan yang bulat bukan tidak
mungkin akan menimbulkan perpecahan. Dimulai dari perpecahan kecil
menjadi semakin besar bila tidak pernah diantisipasi dengan upaya kepemimpinan
dengan memperhatikan budaya untuk mempersatukan mereka dalam pembangunan menuju
masyarakat yang sejahtera. Perpecahan yang cukup rawan; masalah keragaman
agama, adat istiadat, perbedan suku/etnis/ras, perbedaan kebiasaan dll.
C.
Tanggung Jawab Etis Pemimpin dalam Mengelola Keragaman
Saat
ini organisasi masyarakat semakin bersifat keragaman (multi budaya), sejak
kemerdekaan Indonesia 61 tahun. Lalu, Hal ini menyebabkan semakin
kompleksnya masalah kehidupan dalam keragaman tersebut.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta komunikasi dan informasi semakin mewarnai
kehidupan masyarakat. Menyebabkan kebudayaan didunia semakin berinteraksi
secara global, mengakibatkan terjadi perubahan dibidang ekonomi, politik dan
kebiasaan hidup baru yang melahirkan kenyataan terjadinya perubahan budaya dan
pola kepemimpinan. Globalisasi media massa sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat modern dalam diri mereka akan perbaikan mutu kehidupan mereka.
Membantu
orang orang bekerja lebih cerdik merupakan manejemen multy budaya yang efektif,
maka kepemimpinan perlu menciptakan struktur yang memungkinkan orang orang
ambil bagian dalam tujuan organisasi.
Manajemen
dirumuskan sebagai harapan/pengawasan yang berarti maneger maneger yang efektif
menciptakan harapan atas pelaksanaan tugas dengan para bawahannya dengan hasil
pekerjaan yang dilakukan.
Praktek
manejemen multy budaya menurut McGregor (Humas Side of Interprice) bahwa
setelah 40 tahun. Para ilmuwan di bidang perilaku manusia (behaviore)
menyampaikan pesan tersebut. Baru sekaranglah mulai menterjemahkan ide-ide
tersebut dalam tindakan (organisasi). Pemimpin ragam budaya
sejati adalah pimpinan yang inovatif, yang
menjadi komunikator dan negosiator antar budaya yang efektif dalam
berbagai lingkungan masyarakat.
Ciri ciri manajer multi budaya adalah ;
1)
Berfikir melampaui persepsi lokal
2)
Siap untuk mengganti dengan pemikiran
baru dan membuang pemikiran lama.
3)
Menciptakan kembali norma-norma dan
praktek budaya dengan hal yang baru.
4)
Memprogram kembali peta dan bangunan
mental mereka.
5)
Menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
gaya hidup yang baru.
6)
Menyambut baik pengalaman linta budaya
bangsa.
7)
Kemampuan akan kecakapan multy budaya.
8)
Menciptakan sinerja budaya kapan dan
dimana saja.
9)
Bekerja efektif dalam lingkungan multy
nasional/bangsa
10)
Memimpin kesempatan kesempatan dan usaha
transnasional.
11)
Menciptakan scenario masa depan yang
optimis.
12)
Mempelajari hubungan antar manusia
/bangsa dan nilaimglobal.
13)
Terbuka dan fleksibel dalam menghadapi
orang orang yang beragam budaya.
14)
Mudah bergaul dengan orang yang berbeda
latar belakang; ras dan lainnya.
C.1 Konsekuensi Kepemimpinan Dalam
Ragam Budaya.
Perkembangan
berfikir dan aspirasi.
Masyarakat yang saat ini mudah
mendapat informasi, dapat menyampaikan keinginan mereka kepada pemerintah di
era keterbukaan melalui aspirasi-aspirasi tertentu. Konsekuensinya bagi
pemerintah/pimpinan adalah untuk mendengarkan secara baik dan merespon secara
baik sesuaidengan ketentuan dan kehendak orang/warga lebih banyak dalam
kelompok masyarakat.
Kecenderungan adanya perkembangan
bersifat negative dari berlakunya UU No.22 tahun 1999 dan saat ini di revisi
dengan UU N0.32 tahun 2004 yaitu dimana masing-masing daerah (region) dengan
semangat otonomi dengan munculnya konflik kepentingan dalam dan antar daerah.
Sehingga egoisme daerah sangat menonjol, walau ada kerjasama antar daerah.
Masalah-Masalah
Kepemimpinan dalam Ragam Budaya:
1) Perbedaan
adat istiadat dan kebiasaan.
2) Hambatan
komunikasi pada masyarakat tertentu.
3) Kemampuan
Kepemimpinan dalam ragam budaya.
4) Adanya
sumber sumber yang ada di daerah dengan erbedaan yang mencolok.
C.2. Kepemimpinan yang tepat dalam
Pengelolaan Masalah Keragaman
Pemimpin adalah orang yang memiliki
kemampuan / keterampilan untuk mempengaruhi atau menggerakkan perilaku orang
lain untuk bekerja secara efektif dan efisien. Melalui kopentensi pemimpin
yaitu :
1) Kompetensi
Teknis, bersifat keterampilan dan kemampuan khusus/tehnis.
2) Kompetensi
menejerial, bersiafat mulai dari perencanaan, pengorganisasian, Penggerakan dan
pengawasan.
3) Kompetensi
sosial, kemampuan untuk berintekrasi dengan orang lain.
4) Kompetensi
strategi, kemampuan untuk melihat jauh kedepan dan merumuskan Masalah dan
strategi.
Kebudayaan berkaitan erat dengan
ilmu ilmu sosial seperti ; sosioligi, psikhologi , anthropologi karena
membicarakan fenomena dalam masyarakat. Dalam membicarakan Sistem Adminiatrasi
Publik dalam Negara RI (SAPRI), kebudayaan merupakan factor sangat penting,
karena menyangkut kajian mengenai berbagai perilaku seseorang maupun kelompok
yang beroreantasi tentang kahidupan bernegara , penyelenggaraan pemerintahan,
politik, hukum, adat istiadat dan norma, kebiasaan yang berjalan yang dilaksanakan
dan dihayati oleh anggota masyarakat sehari hari dalam organisasi (formal dan
informal).
Berbicara tentang Kebudayaan
Indonesia, Terasa sulit karena Indonesia memiliki keragaman budaya yang
dihasilkan oleh berbagai suku bangsa Indonesia. Keberagaman itulah yang menjadi
kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam nilai-nilai Pancasila dan semangat
Bhineka Tunggal Ika.
Dalam pola
kepemimpinan tersebut, diperlukan usaha usaha untuk menemukan nilai-nilai
budaya yang beranekaragam tersebut dengan memahami perbedaan dan
persamaan diantara mereka dalam semangat kebhinekaan. Unsur-unsur penting dalam
dimensi budaya melalui komunikasi non verbal, penggunaan bahasa, orientasi
ruang dan waktu, pendekatan-pendekatan psikologis yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan dalam pola kepemiminan dalam komunikasinya.
Dimensi kebudayaan lain seperti
pola pikir yang digunakan kelompok/individu biasanya berdasarkan nilai
nilai kebudayaan masyarakat suatu kelompok etnis sejak dari kecil sudah
terbiasa dalam berpola pikir dan berperilaku seperti hal tersebut. Perangkat
nilai serta Norma dalam budaya merupakan perangkat cita-cita dan
keinginan yang diharapkan dalam kelompok masyarakatnya. Nilai baik dan
buruk dan yang dilarang dan suruhan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.
Unsur paling penting dalam
kebudayaan kita adalah sistem nilai, gambaran diri, komunikasi non verbal,
penggunaan bahasa, orientasi ruang dan waktu yang kita kaji dan amati dari
perbedaan kebudayaan yang berbeda dan memilih suatu kebudayaan yang pasti benar
atau salah.
Interaksi dalam hidup
bermasyarakat dalam budaya tertentu didasarkan pada perangkat nilai
tertentu yang berkembang sejak kecil. Nilai-nilai tersebut
kemudian dikumpulkan, diberi ganjaran dan ditekankan keluarga, komunitas,
organisasi dan bangsa kita. Perbedaan nilai tersebut menjadikan
akan memberi tahu siapa kita ini yang hidup dalam budaya bagaimana
(menjadi orang Indonesia, orang Arab, orang Amerika) dan lain-lain yang
mencerminkan cirri-ciri kebudayaan tertentu sebuah bangsa.
Membangun kepekaan budaya seseorang
perlu adanya sensor yaitu mendengarkan, Mengamati, merasakan (fase I). Dalam
Fase II yaitu menanggapi, ambil bagian, Tumbuh, selama interaksi dalam
menyaring pesan yang datang. Fase III dengan menyesuaikan, berbagi, mengalami
dan kemudian dapat dinikmati sebagai sebuah budaya tertentu.
Dalam ketiga fase tersebut orang
harus mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil bagian (ikut serta) dalam
pengalaman/informasi dari pihak/orang lain. Tentu dengan cara yang menyenangkan
yang ditampakkan oleh lintas budaya yang dinamis.
No comments:
Post a Comment